Bitcoin Forum

Indonesia merupakan sebuah negara yang masuk kedalam kategori 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan saat ini indonesia dengan PDB sebanyak US$1,48 Triliun, yang menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-16.  Begitupun dengan daya saing Indonesia di tingkat Internasional yang terus meningkat. Dan mengutip dari bbc.com (https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4gpp3ke280o) Indoensia melalui menteri luar negeri Sugiono pada konferensi tingkat tingi atau yang disingkat KTT BRICS Plus di Kazan Rusia pada 24 Oktober lalu, Menlu RI Sugiono menyampaikan tentang keinginan Indonesia untuk bergabung bersama BRICS. Namun sampai saat ini Indonesia belum menerima jawaban dari petinggi BRICS akan keinginan Indonesia untuk berbagabung bersama BRICS. Dan mengutip kembali dari rri.co.id (https://www.rri.co.id/internasional/1109114/dubes-rusia-soal-peluang-indonesia-masuk-brics-sabar) melalui Dubes Rusia untuk Indonesia, ia menyampaikan untuk Indonesia bisa lebih bersabar lagi, karena memang ini membutuhkan waktu yang cukup panjang dan harus di di diskusikan terlebih dahulu bersama anggota BRICS lainnya.

Dan sepertinya saya tidak perlu menjelaskan apa itu BRICS, karena memang ini sering di diskusikan di bagian ekonomi global, jadi saya akan langsung pada Pertanyaannya. :

• Apa dampak yang diberikan ketika Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan BRICS.? Akankah hal ini semakin memperkuat perekonomian dan posisi Indonesia di tingkat internasional.?
• Meskipun Indonesia merupakan negara yang non-blok. Namun bagaimana cara Indonesia untuk bisa menyeimbangkan hubungannya dengan negara-negara barat terkhusus AS dan Uni Europa, di tengah keinginan Indonesia untuk bergabung bersama BRICS.?

biarpun indonesia belum sah menjadi anggota BRICS namun sekarang ini indonesia menjadi mitra resmi dari BRICS dan sudah bisa menerima berbagai benefit dari organisasi BRICS. mungkin alasan kenapa Indonesia sampai sekarang ini belum diterima keanggotaannya karena dulu setahu saya Indonesia sempat menolak ajakan masuk ke BRICS ketika organisasi itu baru pertama kali dibentuk, jadi kayanya sekarang BRICS jual mahal soalnya permintaan negara-negara untuk masuk menjadi anggota BRICS itu sudah cukup banyak.

tapi dengan masuknya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS itu bisa memberikan manfaat yg bagus kepada perkembangan Indonesia kedepannya, misalnya seperti perdagangan antar negara BRICS atau perjanjian investasi, dsb. namun itu mungkin juga akan memberikan dampak negatif karena US dan negara-negara barat tidak menyukai BRICS, dan itu mungkin menjadi alasan mereka untuk menahan/menarik investasi dari Indonesia.

Dari beberapa artikel yang ane baca justru ada yang bilang ini adalah langkah untuk menyambung hubungan dengan negara" BRICS, dan bukan gerakan untuk memilih blok tertentu[1]. Mungkin kunjungan Prabowo ke Amerika adalah salah satu upaya untuk menjaga hubungan dengan blok barat. Cuma susah juga untuk meyakini hal ini kalau banyak impor, investasi dkk yang berasal dari Tiongkok sih.

Sejauh yang ane baca, bergabungnya Indonesia ke BRICS ini tujuan utamanya adalah untuk mengamankan atau memudahkan deal masalah energi dalam beberapa tahun kedepan karena negara kita masih belum bisa mandiri. Di sisi lain ada yang bilang kalau sekedar gabung malah bisa jadi bumerang kalau pasar Indonesia makin banyak mengimpor produk dari luar negeri dan kalah saing dengan pasar" anggota BRICS[2]. Memang butuh plan yang matang sih, khususnya dalam meningkatkan produksi dan kemampuan mandiri dalam negeri. Memang semuanya opini dari orang" dengan kepentingan tertentu, tapi ane rasa sudut pandangnya bisa ditelaah lebih lanjut. CMIIW.

[1] https://www.cnbcindonesia.com/opini/20241111153501-14-587317/manfaat-keanggotaan-ri-dalam-brics-jurus-ketahanan-energi-nasional
[2] https://www.inilah.com/di-ambang-dilema-brics

Dampaknya sepertinya ga berasa buat warga. Kalau terkait Geopolitik, Wakanda kan memang seneng gabung ke organisasi. Ibarat ada ini yuk ikut, ada itu yuk ikut.
Ane list ya, mungkin tidak lengkap:
- UN
- G20
- ASEAN
- OIC
- APEC
- WTO
- NAM, IGGI, CGI, dsb.

Jadi ya tidak ada yang akan berubah. Kalau berharap ekonomi bisa kuat ya harus usaha sendiri, berharap kerja sama meningkat ya harus lobby-lobby sendiri, seperti biasa. Manfaatnya paling mempererat tali silaturahmi ;D

Indonesia di mata negara di dunia termasuk negara yang independen bisa menjalin kerjasama dengan semua badan keuangan negara manapun baik itu Brics maupun bersahabat dengan Amerika karena tujuannya Indonesia untuk berbisnis. Jadi untuk sekarang statusnya Brics akan mencoba memberikan opsi cukup vital soal ke arah mana Indonesia akan berpihak. Maksudnya tujuan didirikannya Brics ialah untuk melawan hegemoni barat terutama dalam program mengurangi ketergantungan pada Dollar. Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua belah pihak dan tidak ingin ikut campur urusan perang dingin antara AS dan Rusia-China yang sekarang memimpin Brics. Bayangkan ketika Indonesia terlalu dalam ikut serta di Brics berarti akan sedikit mengurangi hubungan harmonis dengan AS dan juga sebaliknya jika terlalu merapat ke AS maka Rusia dan China menaruh sedikit kepercayaan ke Indonesia.

Kalau untuk memperkuat perekonomian Indonesia, aku rasa tidak, karena perekonian kita ini masih berkutat kepada bagaimana mengimpor barang yang efektif guna keberlangsungan pangan dan kebutuhan lainnya. Anggap saja kita sudah gabung BRICS, toh kita juga masih impor dari negara yang beranggotakan sama dengan mereka, jadi ya gabung atau tidak bakal sama saja.

Sedangkan untuk menyeimbangkan dengan negara-negara barat, Indonesia sampai hari masih menjalin komunikasi antar mereka, jadi yan= tidak ada soal, kecuali kalau kita ikut gabung perang misalnya, tentunya hal ini akan jadi bumerang sendiri bagi indonesia.

Segalanya pasti memiliki tujuan khusus jadi tidak serta merta Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan BRICS jika tidak ada dampak yang dihasilkan. Hanya saja keterbatasan wawasan kita mengenai tujuan tersebut menjadi seperti tidak tidak ada dampak apapun. Saya yakin bahwa Indonesia mencoba melebarkan sayapnya di kancah International, memperluas pasar bebas tidak hanya dengan barat saja melainkan Indonesia juga ingin mengambil manfaat dari BRICS. Sebagai negara yang berkembang maka Indonesia dituntut untuk terus aktif di forum forum international demi mendapatkan akses masuk ke pasar bebas dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara.  :D

Sampai saat ini sebenarnya belum ada konfirmasi lebih jauh tentang pemberitaan Indonesia untuk gabung BRICS karena melihat dari penjelasan yang diberikan oleh beberapa pihak terkait, memang benar bahwa Indonesia berada di KTT BRICS untuk membahas masalah ekonomi hanya saja yang memang perlu ditekankan untuk saat ini Indonesia masih menjadi mitra dari BRICS bukan member dari BRICS.

Terima Undangan BRICS, Indonesia Resmi Jadi Negara Partner (https://www.cnnindonesia.com/internasional/20241121105957-134-1169025/terima-undangan-brics-indonesia-resmi-jadi-negara-partner)

Tapi memang tidak menutup kemungkinan pada akhirnya ada update terbaru dan bisa saja Indonesia juga dimasa depan akan bergabung dengan BRICS ini.

Informasi lain adalah keyakinan hal ini terjadi akibat ada beberapa gambar di media sosial dimana dikatakan bahwa BRICS sudah uang resmi mereka sendiri sendiri dengan ada bendera Indonesia di dalamnya yang membuat banyak orang yakin bahwa itu Indonesia sudah siap bergabung dengan BRICS tetapi faktanya itu adalah sebuah HOAKS yang memang dibesarkan oleh beberapa orang di media sosial yang padahal itu adalah spesimen yang diberikan oleh partisipan kepada Putin hanya sebagai simbolis.

[HOAKS] Bendera Indonesia Tercetak dalam Mata Uang BRICS (https://www.komdigi.go.id/berita/berita-hoaks/detail/hoaks-bendera-indonesia-tercetak-dalam-mata-uang-brics)
Posts misleadingly claim Russian leader unveiled BRICS banknote to member countries in Kazan (https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.36L78UF)

Adalah hal yang ditakutkan ketika keputusan ini dapat menciptakan ketegangan dengan negara-negara barat, terkhusus Uni eropa yang memiliki pandangan skeptis terhadap BRICS. Karena untuk Amerika sendiri mungkin tidak akan terlalu menimbulkan ketegangan, mengingat sekarang presidenya itu adalah Donald Trump, yang mana Donald Trump memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemimpin BRICS (Vladimir Putin).


Apa yang adan samapiakana itu memuat poin-poin yang cukup realistis dan menarik untuk disimak, bahwa dengan bergabungnya indoensia dengan BRICS baik itu sebagai mitra ataupun anggota penuh, memang menawarkan peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi hal ini dapat membuka jalan untuk kerjasama energi dalam jangka panjang. Namun disisi lain seperti yang anda samapikan jika hal ini tidak dibarengi dengan penguatan daya saing produk dalam negeri, ada resiko bahwa kemungkinan pasar domestik akan dikuasai oleh negara lain yang tergabung dalam BRICS, terkhusus China. Meskipun pada kenytaanya sebelum Indonesia menajukan untuk bergabung dengan BRICS, China sudah terlebih dahulu menguasai pasar Indonesia.


Dengan pasar dan daya tawar yang cukup tinggi, sangat mungkin jika dimasa yang akan datang Indonesia pada akhirnya akan bergabung dengan BRICS, yang bukan hanya sebagai mitra tetapi juga sebagai angota penuh. Namun, hal terpenting yang harus Indonesia lakukan saat ini adalah bagaimana caranya memanfaatkan kemitraan yang telah dijalin dengan BRICS menjadi sebuah keuntungan besar bagi Indoneisa.

Selama itu menguntungkan kenapa tidak. Karena melihat dari kondisi sekarang di perekonomian global yang memang masih banyak sekali kendala dan permasalahan maka tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru dan bergabung dengan BRICS selama itu akan menguntungkan maka sah-sah saja untuk dilakukan meskipun mungkin pada akhirnya akan ada beberapa situasi dimana diplomatis dengan beberapa negara lain akan sedikit terganggu karena pada akhirnya akan tetap dianggap sebagai sebuah situasi untuk dedolarisasi dan kita tahu bahwa meskipun saat ini Rusia, China dan Amerika memiliki hubungan yang kurang baik meskipun memang tidak ada psywar  yang benar-benar mengarah kepada geopolitik tetapi mereka kubu Rusia dan China masih memiliki persaingan yang besar dengan Amerika dari segi apapun sehingga pada akhirnya ini akan memicu sebuah kondisi dimana ada sebab akibat dan negara kita harus benar-benar memikirkan efek dari positif dan negatifnya.

Selama memang menguntungkan maka lakukan tetapi dikemudian hari akan ada sebuah masalah maka memang perlu ada pertimbangan lebih jauh mengenai hali ini. Yang jelas untuk sekarang adalah tugas Indonesia hanya harus memanfaatkan kemitraan dengan sebaik-baiknya adapun untuk menjadi member di BRICS maka memang harus ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk menimbang bahwa ini akan bagus untuk jangka panjang atau tidak.

Saya tidak terlalu kaget ketika melihat wacana Indonesia bergabung dengan BRICS, karena memang belakangan Indonesia sedang dekat dengan Cina, namun sepertinya di awal pemerintahan baru ini, presiden juga sedang berusaha main 2 kaki dengan mendekati AS, Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, Indonesia dapat memperoleh keuntungan, khususnya dari negara dengan ekonomi besar di BRICS seperti Cina dan ndia. Keanggotaan ini juga bisa menjadi platform untuk memajukan kepentingan negara-negara Global South dan mendukung program prioritas domestik, seperti keamanan pangan dan energi  .

Tepi juga pastinya tidak semua mulus dan bagus, akan ada juga kemungkinan kesulitan menjaga kebijakan luar negeri non-blok, mengingat BRICS mencakup negara seperti Rusia dan Tiongkok, yang sering berseberangan dengan blok Barat. Selain itu, manfaat ekonomi dari keanggotaan ini mungkin memerlukan waktu untuk benar benar memberi pengaruh ke ekonomi lokal di Indonesia, sementara tekanan untuk menyesuaikan kebijakan domestik dengan kepentingan BRICS dapat menjadi beban ekonomi juga buat pemerintah dan masyrakat, seperti misalnya kemudahan import yang lebih lagi, untuk barang dari Tiongkok dan negara BRICS lain yang mungkin bisa mematikan industri lokal.

Menurut pendapat saya, jika indonesia bergabun dengan BRICS bisa membuka peluang besar bagi indonesia, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan internasional. Dengan bergabung, indonesia bisa mendapatkan akses lebih luas ke pasar global, menarik investasi, dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara besar seperti China, India, dan Rusia. Namun, tentu juga perlu diwaspadai tantangan dan dampak politik serta ekonomi yang mungkin muncul. Semoga keputusan ini membawa manfaat jangka panjang bagi indonesia.

Dampaknya tidak akan terlalu besar dan saya melihat ini bukan sesuatu yang menguntungkan, meskipun Pak Prabowo sendiri telah mengatakan Indonesia akan menjadi lebih baik. Dalam hal ekonomi itu sangat tergantung dengan negara kita sendiri bagaimana kekuatan ekonomi bisa terus dikembangkan dan hubungannya dengan negara yang bergabung dengan BRICS juga tidak memberikan jaminan. Tetapi mungkin ada satu hal yang menjadikan ini sebagai langkah strategis dimana perdagangan atau kerja sama yang dilakukan menggunakan mata uang negara masing-masing.

Justru akan menimbulkan konflik kepentingan dan kondisi geopolitik negara kita akan semakin tegang karena kita tau AS selalu memberikan pengaruhnya terhadap negara manapun dan ini akan membuat langkah mereka memberikan sedikit tekanan jika sewaktu-waktu ada masalah yang terjadi. Mudah-mudahan asumsi saya salah dan itu tidak pernah terjadi.

Dari pemahaman saya, secara geopolitik hal ini seharusnya tidak menjadi masalah besar, apalagi jika kita mengingat bahwa negara kita adalah negara nonblok, yang artinya tidak memihak pada pihak mana pun. Indonesia menganut sistem asas bebas, aktif, dan positif. Oleh karena itu, bergabung dengan BRICS bukan berarti memusuhi negara-negara Barat.

Dan dalam menanggapi hal ini, Indonesia hanya perlu menegaskan bahwa apa yang menjadi keingianan dan tujuan indoensia mengajukan untuk menjadi anggota penuh BRICS itu hanya menyangkut kerja sama ekonomi dan kepentingan bersama.

dan selama Indoensia mampu memelihara hubungan dan kersama dengan negara-engara barat seperti AS dan Uni Eropa, itu terjalin dengan baik terutama dalam hal  perdagangan, investasi, dan kerja sama strategis, tidak ada alasan bagi Barat untuk merasa terancam. Disisi lain, selain daripada Indonesia ada beberap negara, seperti India dan Afrika Selatan, yang sudah lebih dulu menjadi bagian dari BRICS dan terus menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat.

tanpa perlu bergabung dengan BRICS hubungan diplomatik indonesia dengan negara-negara tersebut sudah dekat karena kita sahabat lama pada masa pemerintahan Soekarno. namun yg menjadi benefit masuknya indonesia ke BRICS itu adalah indonesia bisa mendapatkan berbagai manfaat dari berbagai kemitraan yg dilakukan oleh antar anggota BRICS dan berbagai kerjasama atau potensi investasi yg akan terjadi pada setiap sesi pertemuan BRICS.

namun indonesia harus tetap mempertahankan pendiriannya sebagai negara non-blok, itu artinya biarpun indonesia bergabung dengan BRICS, arah diplomasi dan berbagai keputusan pemerintah itu tidak sepenuhnya melawan aliansi barat dan tetap menjalin kerjasama dengan negara-negara barat.

Ane bukan orang yang ahli dalam masalah geopolitik. Tapi kalau misalnya nih salah satu negara BRICS ingin investasi ke Indo tapi punya syarat yang bisa bikin blok barat ga suka, kayak membatasi ekspor atau impor dari sana, menurut agan apakah pemerintah kita bakal tetap berusaha untuk netral atau melakukan manuver lain untuk memuaskan kedua belah bihak? Entah kenapa keknya susah kalau mau main dua sisi kalau kita ga punya power sama sekali. Emang market kita gedhe tapi kalau ga punya produksi yang bisa diterjemahkan jadi bargaining power kok kayaknya tinggal nunggu waktu produsen nyari market lain buat mereka. CMIIW.

Namanya barat ya tiada lawan, bahkan rusia yang punya gas pun tidak berkutik untuk nerapin pembayaran rubel di tiap transaksi. Apa lagi Indonesia yang cuma negara kecil secuil di BRICS. Contohnya saja minyak sayur, padahal tanah kita ini hampir rata-rata nanam sawit, dan bisa swasembada sendiri untuk rakyatnya, namun tetap saja dikontrol oleh barat karena mereka berupaya untuk diekspor menjadi minyak nabati, sehingga minyak sayur pun mahal.

Contoh lain emas di papua, padahal jelas tinggal sisa keraknya saja, dan dijual layaknya pahlawan oleh AS, eh itu pun masih ditukil-tukil sama barat (dengan OPM, atau KKB, atau apa lah namanya) supaya kita tidak nyaman dengan saham yang ada.

Indonesia sudah terlalu lama dijajah (i.e. dibodohin) jadi susah untuk move on walau otak dan pemikiran jauh lebih unggul dari barat.

Bergabung dengan BRICS untuk memperkuat kerjasama dengan negara anggota lainnya sembari berupaya tetap netral dan menjadi negara non-blok adalah sebuah tantangan bagi Pemerintah Indonesia. Selama tidak terjadi konflik bagi secara politik dan ekonomi antara negara barat dan anggota BRICS saya kira Indonesia masih aman-aman saja sebagai negara non-blok. Tetapi jika terjadi sebuah konflik kepentingan negara barat vs BRICS maka tidak mungkin Indonesia dapat bersikap netral. Misal jika terjadi embargo China oleh barat yang melarang melakukan perdagangan dengan China, apakah Indonesia bisa menjadi negara netral? Tentu tidak. Sejauh yang saya tahu, dan mungkin boleh dikoreksi jika salah, bergabung dengan kelompok negara tertentu artinya sudah ada keberpihakan dan sulit untuk menjadi netral.-CMIIW

Padahal dulu kita sebagai salah satu negara yang cukup disegani oleh blok barat, apalagi ketika jaman Soekarno lebih condong ke blok komunis, pada saat itu sebutan Indonesia adalah "Macan Asia" karena tidak hanya militernya saja yg canggih, namun juga ekonominya yg kuat. Tapi cerita tinggal cerita, sekarang ini Indonesia seperti negara yang tidak punya pendirian dan tidak bisa sepenuhnya menentukan pilihannya. Ibaratnya Indonesia seperti bidak catur di papan geopolitik global, yang hanya bergerak sesuai dengan blok mana yang paling kuat. Bahkan melawan perusahaan sekelas Apple aja pemerintah bisa di lego kesana-kemari, kaya negara gak punya harga diri.

saya melihat dari sektor geopolitik secara global dengan bergabung Indonesia dengan brics dimana pelopor organisasi tersebut dipimpin oleh rusia sekutunya yaitu china, saya berpikir dampak buruk di kemudian hari, menyebabkan ketegangan secara global, tingkat kepercayaan eropa dan AS,  dari sektor ekspor impor yang ujungnya berefek pada keseimbangan mata uang, dampak buruknya lagi, Indonesia akan mendapatkan teror secara ekonomi, hal lain yang saya pikir ini bisa berdampak buruk pada hubungan diplomatik, investasi, dimana masa bapak presiden Suharto telah memperbaiki semua semenjak peninggalan pemerintah Sukarno, semasa itu terjalin baik antara Indonesia dan negara-negara barat, semoga saja tidak berdampak buruk bagi negara kita

Setelah sebelumnya Indonesia menyatakan bahwa mereka adalah mitra tetapi sekarang Indonesia sudah menentukan sikap dan beberapa hari lalu lebih tepatnya pada hari senin 6 januari lalu sudah dipastikan bahwa negara kita sudah termasuk menjadi anggota dari Brics dan itu sudah di konfirmasi langsung oleh Brasil selaku Presiden Brics dan tuan rumah.

https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-resmi-jadi-anggota-penuh-brics (https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-resmi-jadi-anggota-penuh-brics)

Ini jelas akan membuat sebuah gairah baru terutama untuk sektor ekonomi dimana memang kerjasama dengan beberapa negara yang memang masih berada diatas kita dari segi ekonomi secara tidak langsung ini bisa menjadi peluang baru bagi negara kita dalam memperluas jaringan dari agar kualitas ekonomi kita menjadi lebih baik.
Selain itu akan ada beberapa hal positif lain meskipun pasti ada beberapa dampak termasuk kita tahu bahwa pada akhirnya meskipun secara tidak tersirat Brics ini mungkin bisa menjadi tandingan untuk AS tetapi pada akhirnya sekarang berada di Brics saya rasa menjadi sebuah keputusan yang cukup baik untuk dilakukan oleh Indonesia.

Menurut saya sekarang bukan jamanya perang dingin antara barat dan timur tetapi sekarang itu banyak kekuatan-kekuatan besar muncul dan eksis, dunia sekarang bukan hanya tentang Amerika dan Rusia. Keputusan Indonesia masuk BRICS justru tepat Indonesia harus mulai ikut fight jangan cuma jadi follower atau jago bertahan. Semakin banyak aliansi akan semakin bagus untuk Indonesia karena as a matter of fact tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam kepentingan nasional.

Dengan adanya pakta ekonomi ini bisa menjadi ancang-ancang latihan mencari perlindungan & exit way jika Amerika melancarkan serangan perdagangan dan serangan ekonomi. Selain itu bergabung denga BRICS tepat untuk salah satu visi Pak Prabowo terkait ketahanan energi.

Memang dalam hal ini ketika kita sudah memutuskan untuk berada di Brics maka secara tidak langsung kita mungkin akan dianggap lebih berada di sisi China dan Rusia dibandingkan dengan global south yang memang notabene saat ini Amerika lah yang masih memegang kendali, tetapi bagaimanapun juga jika kita merespon dari penjelasan beberapa pakar termasuk dari beberapa kalangan pejabat dan pihak terkait mengenai hal ini terlepas dimana kita berada (kesan memihak Brics atau Global south) pada akhirnya kita tetap berada di situasinya tetap sama dimana posisi kita masih tetap dalam situasi sulit dan hanya menjadi penonton saja sama seperti sebelumnya, selain itu saat ini pemerintah kita juga menyikapi ini dengan dalih bentuk realisasi politik bebas aktif yang artinya kita sebagai salah satu negara yang memang mendorong untuk bebas bekerja sama dengan negara lain tanpa mengganggu kedaulatan negara kita sendiri dan dengan tanpa memihak kepada pihak manapun baik itu Rusia, China maupun Amerika yang memang selalu bersaing bahkan berkonflik walaupun secara tidak langsung.

Terlepas darir baik atau tidaknya untuk jangka panjang selama komitmen ini tetap dipegang apalagi negara kita sudah dikatakan resmi sekarang untuk menjadi anggota Brics maka ketika keputusan ini dibuat kita hanya harus melanjutkan sesuai dengan apa ingin kita capai toh pada akhirnya masih ada banyak sekali keuntungan yang bisa kita ambil terutama dari segi ekonomi ketika kita berada dan diakui sebagai negara Brics.

Pertimbangan Indonesia gabung BRICS dan kenapa BRICS akan menguntungkan untuk Indonesia secara ekonomi dan perdagangan karena Indonesia butuh minyak dengan harga murah, meskipun penghasil minyak Indonesia masih defisit, sedangkan dua negara anggota brics yaitu Iran dan Rusia adalah negara surplus produksi minyak di dunia. Tujuan utamanya adalah harga minyak yang lebih murah sesama negara mitra.

Sebenarnya ketika berbicara tentang minyak itu hanya segelintir dari sekian banyak keuntungan karena bagaimanapun juga kita pasti sadar bahwa pada akhirnya tidak hanya tentang minyak saja tetapi dari segi ekspor impor, kerjasama dan masalah investasi juga akan semakin menguntungkan negara kita sehingga pada akhirnya ini bisa dianggap sebagai langkah yang baik untuk negara kita.

Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa perkataan rekan yang ada disini juga ada benarnya karena kita saat ini masih terlibat dalam poros perang dingin AS dan Rusia sehingga ketika kita gabung Brics maka kita pasti akan dianggap secara tidak langsung mendukung poros rusia tetapi pada akhirnya dengan alasan negara kita yang jelas bahwa ini hanya untuk realisasi politik bebas aktif maka sebenarnya sah-sah saja kita berada di Brics selama itu tidak merugikan negara lain dan kita mendapatkan keuntungan maka kenapa tidak karena memang politik global dan perang dingin yang selalu terjadi antara Rusia dan AS itu sudah sering terjadi dan kita tidak perlu ikut campur akan hal tersebut.

Politik bipolar sudah usang dan tidak relevan lagi karena penggunaan hard power menyebabkan biaya tinggi dan tidak efektif. Imperialisme saat ini menggunakan soft power dengan tekanan perdagangan dan ekonomi. Pada saat inipun fokus Amerika bukan kepada Rusia tetapi fokus utama Amerika adalah China. Kedua negara imperialisme ini sedang menggunakan soft power untuk menakhlukan negara yang ingin dikuasai. Setelah negara melemah baru isu keamanan akan dicuatkan.

Dalam percaturan politik Internasional bergabungnya Indonesia ke BRICS, trigger utamanya adalah defisit/ ketergantungan energi dari impor dan kembali lagi harga minyak yang lebih murah akan menyumbang pengurangan defisit anggaran Indonesia. Selain itu jangan lupa presiden kita itu basic edukasinya adalah Barat, bahkan Indonesia pernah melakukan latihan militer bersama dengan Amerika.