Sistem pelaporan Pelanggaran (Whistleblower a.k.a Cepu) dalam lembaga pemerintahan (Efektifitas serta pembentukan karakter whistlebower)WBS adalah mekanisme penyampaian pengaduan dugaan tindak fraud, penyimpangan atau kejahatan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang melibatkan pegawai dan orang lain yang yang dilakukan dalam organisasi, dimana pelapor bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/15/01000021/apa-itu-whistleblower-dan-contoh-kasusnya?page=allhttps://itjen.kemdikbud.go.id/web/pentingnya-masyarakat-berpartisipasi-dalam-whistle-blowing-system-wbs/Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Association of Certified Fraud Examiners (organisasi anti fraud terbesar di dunia) dan diterbitkan dalam jurnalnya mengenai Global Study On Occupational Fraud and Abuse 2024, 43% penyimpangan terdeteksi melalui saluran hotline pelaporan dan 50%nya dilaporkan oleh anggota internal organisasi.
https://www.acfe.com/-/media/files/acfe/pdfs/rttn/2024/2024-report-to-the-nations.pdfTujuan WBS adalah :
1. Mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan sehingga tercipta tata kelola pemerintahan yang bersih serta pelayanan publik yang layak.
2. Semua Individu bisa berperan sebagai kontrol sosial.
Prinsip utama WBS :
- Kerahasiaan
- Perlindungan
- Independen
- Fokus pada isi pengaduan
- Mudah dan terfasilitasi
Beberapa yang menjadi kontroversi saat ini adalah efektifitas dari investigasi pelaporan setelah terdeteksi ditemukan pelanggaran serta bagaimana bisa dilakukan pemantauan, evaluasi serta tindak lanjut agar fraud tidak terjadi lagi. Contoh yang terjadi kasus skincare yang sedang marak saat ini, ketika BPOM bekerja dengan lambat dan terkesan lousy. Beberapa individu melakukan pemeriksaan mandiri, tetapi pada akhirnya yang didapatkan bukan apresiasi tetapi ultimatum dari BPOM dengan ancaman tindakan melanggar hukum.
Pentingnya peran whistleblower dalam mendeteksi kecurangan maka perlu disiapkan lingkungan yang tidak mewajarkan adanya kecurangan. Eksistensi whistleblower akan tumbuh dan berkembang jika ada pembiasaan karakter yang didukung dengan ilmu, pelatihan serta bimbingan anti kecurangan, sehingga membentuk pola pikir menimbang suatu tindakan benar atau salah, sesuai sop atau tidak. Tindak lanjut positif dari sebuah pelaporan akan menjadi barometer tolak ukur keberanian dan ketidakengganan menjadi whsitlerblower di masa selanjutnya untuk melakukan pelaporan. Dan yang terpenting adalah jaminan kerahasiaan dan keselamatan whistleblower.
Selain itu adanya budaya kolektif kekeluargaan, gak enakan dan sungkan pada masyarakat Indonesia yang menyebabkan sesorang cenderung diam dan tutup mullut ketika menyaksikan kecurangan karena tidak ingin melakukan sesuatu yang berpotensi merusak ikatan pertemanan, kadang juga kekhawatiran dianggap menjegal karir teman atau bahkan menghambat rezeki kolega. Ini yang membuat banyak orang enggan menjadi whistleblower. Perlu dibangun mindset bahwa "jika saya diam maka saya menghianati seluruh rakyat Indonesia dan rekan yang bekerja dengan dedikasi dan integritas yang tinggi".
Yang perlu mendapat perhatian adalah banyak pendidik dan orangtua yang melarang anaknya untuk speak up ketika melihat teman atau saudara melakuakan kesalahan dengan alasan "anak akan menjadi buruk jika menjadi seorang pengadu" dalam kondisi saat ini apakah hal itu masih relevan ? Bukankah anak seharusnya diajarkan berani menasehati jika orang lain melakukan kesalahan dan mengajak seseorang untuk berbuat kebaikan, tetapi tetap dengan bahasa yang santun.
Anehnya ketika WBS benar-benar dibutuhkan untuk menjadikan situasi dan lingkungan menjadi lebih baik, tapi banyak orang yang enggan melakukannya hanya karena mereka enggan atau khawatir mendapatkan cap "Cepu". Padahal yang biasanya memerikan cap Cepu adalah oknum yang merasa dirugikan karena pelaporan tersebut (atau istilahnya dia kehilangan profit atau benefit akibat pelaporan tersebut). Jadi ga usah khawatir dianggap CEPU jika apa yang kita lakukan adalah benar dan berguna buat khalayak umum, karena hanya dengan begitu kita bisa menyingkirkan fraud maupun potensi yang merugikan lainnya.
