Perbedaan lingkungan social media

[Sususasa]

Tanggapan kalian soal perbedaan suasana ketika masuk ke berbagai macam social media?

Facebook
Sudah mati? Tidak juga! Facebook malah jadi platform yang paling universal, dari jual beli, komunitas hobi, politik, bahkan sampai info desa dan kampung tersedia.
Facebook groups terutama, itu seperti sumber gosip lokal atau jadi sumber berita tak terverifikasi.

Instagram
Ini semacam platform seperti etalase kehidupan, ada pameran pencapain, kelas social, pamer liburan... Tapi di balik itu Instagram juga jadi tempat jualan yang menyediakan pasar yang besar walaupun lebih spesifik ketimbang Facebook
Story seperti ruang update harian dan feed seperti highlight kehidupan

X/Twitter
Tidak ada kata lain platform debat 24 jam,  namun jadi tempat update berita tercepat dari semua platform social media banyak akun ava dan anonim... namun anehnya twit twit para right wing konservatif selalu pop up di time line tanpa diminta. Elon musk sendiri selalu menyuarakan Freedom of speech tapi baru baru ini x menangguhkan akun Gab ai.😔😔😔
Bokep? Gokilll... Gak munafik, ini platform yang lebih lengkap dari situs porno itu sendiri.
Grok? Bias?
Community note? Saya kurang memahami cara kerjanya.

Tiktok
Pusat budaya pop, tren dance dan sound lucu,
Fyp jadi perang para konten kreator untuk memperebutkan atensi dalam 15 detik pertama.
Namun sangat sensitif terhadap komentar(sering komentar di hapus) Tiktok terlihat hanya ingin menjadi platform satu arah tanpa ada counter argumen sehingga (mungkin?) jadi tempat propaganda yang sempurna.

Reddit? Di blokir pemerintah.

Namun bisa juga menjadi multi-platform drama, seperti kasus di mulai di tiktok, di bahas di Twitter dan jadi gosip di ig story dan disharr ulang di Facebook....

Pertanyaannya.
1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

3. Apakah anda lebih setuju social media itu harus 100% Freedom of speech, atau pro protekrisme?

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Ataukah harus ada desentralisasi social media?

[MArsland]

1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

Sosial media kadang jadi sarana untuk mengekepresikan diri yang tidak bisa diekpresikan di dunia nyata. Ada banyak kok contohnya si A di dunai nyata ornagnya pendiam, jarang bergaul, dan introvert banget. Tapi di sosial media malah sering ngoceh, update status tiap waktu pokoknya dia ekpresikan sesuka hati.
Otomatis terjadi perubahan prilaku yang dijembatani oleh sosial media baik itu tiktok, facerbook dll.

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

Nah kadang di social media kita bisa menciptakan karakter baru, akun fake sebagai cara seseorang untuk menyembunyikan jati dirinya. Pro dan tidaknya sih tergantung, secara pribadi saya lebih suka untuk tidak terlalu mempublikasikan diri, Intinya tetap ada batasan untuk menjaga privasi.

3. Apakah anda lebih setuju social media itu harus 100% Freedom of speech, atau pro protekrisme?

Tentu setuju 100% tapi kan nyatanya tidak, berkomentar, bikin gebrakan yang berbeda saja kadang bisa diciduk. Hal ini disebabkan pemerintah mengontrol setiap aktivitas siapapun yang melanggar dapat dengan mudah ditemukan. Disinilah kita butuh satu alternatif yang 100% desentralisasi, tapi mana ada social media yang 100% desentralisasi ketika sebuah perusahaannya saja bisa ditemukan. Data penggunanya kapanpun bisa diserahkan ke pemerintah.

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Untuk keamanan data pribadi itu berarti kita sejak awal jangan terlalu banyak mengekspose diri, pamer ini itu di social media. Karena kejahatan datang akibat ada sesuatu yang menarik untuk diambil.
Social media ibarat pedang bermata 2, tergantung si penggunanya mau 100% mengekpose diri atau tidak. Jadi bijak saja dalam bersosial media, sewajarnya dan tidak terlalu berlebihan. 

Ataukah harus ada desentralisasi social media?

Kira kira siapa yang mau mendirikan desentralisasi social media jika setiap kali masuk untuk ekpansi ke negara negara harus melalui tahap pemeriksaan. Kecuali desentralisasi social media yang dibuat khusus dan mendapatkan dukungan penuh dari komunitas besar.

[Bobrox]

Secara keseluruhan bener banget apa yang agan tulis mengenai level dan tahta tentang platform sosial media, Facebook bisa dikatakan platform sosmed paling ramah dan bisa dipakek untuk semua kalangan kelas baik miskin, kaya, pengangguran atau yang suka share meme bahkan anime. Beda kalau platform sosial media instagram pasti yang pakek high class karena disana banyak konten flexing dan pamer rekening bahkan selebgram sedikit terkenal sudah gak pakek facebook lebih fokus di instagram.

Secara keseluruhan tidak ada ada pengaruh perilaku pengguna untuk semua jenis sosial media memang tergantung individunya itu sendiri, misalkan pengguna platfrom sosial media TikTok kalau kalangan dari orang sudah tua mudah banget terkibul dengan konten hoax. Saya pribadi lebih suka interaksi di Facebook karena disana kita bisa bebas ekspresi dan banyak banget konten share meme.

[traderethereum]

Pertanyaannya.
1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

3. Apakah anda lebih setuju social media itu harus 100% Freedom of speech, atau pro protekrisme?

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Ataukah harus ada desentralisasi social media?

1. Ya, ada pengaruhnya. Kalau sampeyan jeli, sampeyan bisa memperhatikan perilaku seseorang yang berubah karena terlalu sering melihat social media dari pada berinteraksi langsung dengan orang lain. Mereka akan sibuk dengan gadgetnya dan tidak memperhatikan keadaan sekelilingnya dan cenderung acuh tak acuh. Social media juga mengubah perilaku seseorang karena seseorang itu pasti akan melihat berbagai macam hal yang berbeda-beda.

2. Saya pro dengan anonimitas di social media tapi tampaknya hal itu tidak akan mudah karena sampeyan pasti juga akan ingin berinteraksi dengan orang lain terutama teman-teman sampeyan.

3. Sulit kalau harus 100% Freedom of Speech karena dengan tidak ada aturan, itu akan membuat semuanya berantakan. Orang-orang akan mengatakan kata-kata yang bisa menimbulkan perpecahan. Sekarang ini peraturan sudah membatasi Freedom of Speech tapi orang-orang masih bisa mengatakan banyak hal.

4. Untuk keamanan data pribadi, ini sebenarnya merupakan tanggung jawab pribadi. Jika sampeyan peduli dengan keamanan data diri, sampeyan pasti akan selalu berhati-hati dalam memverifikasi akun sampeyan. Sampeyan pasti akan mencari tahu lebih banyak sebelum melakukan verifikasi.

Desentralisasi atau sentralisasi sebenarnya jangan menjadi sebuah alasan, karena ketika sudah berada di online, anda bertanggung jawab penuh dengan diri sampeyan termasuk data diri sampeyan.

Menggunakan social media juga tidak harus memverifikasi data diri kan? Jadi itu juga termasuk desentralisasi kecuali jika sampeyan menggunakan social media untuk berinteraksi dengan teman-teman sampeyan.

[retreat]

Pertanyaannya.
1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

Sedikit banyaknya perilaku seorang di dunia nyata itu  mempengaruhi mereka dalam memilih social media. Bagi mereka yg mempunyai jiwa ekstrovert, mereka cenderung untuk memilih platform seperti X, IG, atau Tiktok, dimana mereka bisa membagikan kegiatan mereka sehari-hari, berdebat, atau aktifitas online lainnya. Dan apakah terhadap social media yang bisa merubah perilaku seseorang, itu sangat mungkin, misalnya jika seorang terpapar konten-konten hedon secara terus menerus, maka itu bisa menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri dan menjadi konsumtif.

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

Platform social media itu adalah tempat dimana orang bisa berinteraksi dengan orang lain atau hanya sekedar menikmati konten-konten. Tidak ada aturan yang dimana mengharuskan seorang untuk mengungkapkan identitas mereka secara online, jadi anonimitas dalam menggunakan social media itu adalah hal yang harus dilindungi karena tidak semua orang nyaman untuk mengungkapkan identitas mereka secara online.

3. Apakah anda lebih setuju social media itu harus 100% Freedom of speech, atau pro protekrisme?

100% freedom of speech. Apalagi untuk negara yang menganut sistem demokrasi, maka sudah seharusnya kebebasan berpendapat dijunjung tinggi sebagai fondasi utama dalam kehidupan bernegara. Namun tetap dalam hal ini etika bersosial media harus dijunjungi tinggi dan ujaran kebencitan terhadap suatu ras, agama, atau bangsa tidak bisa dibenarkan.

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Berbicara tentang keamanan data pribadi itu mungkin adalah urusan dari platform social media itu sendiri terhadap bagaimana mereka mengamankan data pribadi para pengguna mereka. Platform social media populer mengclaim bahwa platform mereka itu mengamankan data pribadi para pengguna mereka, namun saya sendiri tidak begitu yakin terhadap hal tersebut, karena selama itu adalah platform terpusat maka potensi kebocoran data itu tetap ada.

Ataukah harus ada desentralisasi social media?

Platform social media terdesentralisasi mungkin menjadi opsi bagi orang yang tidak ingin tunduk pada aturan ketat, sensor sepihak, atau pengumpulan data besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa. Namun kalau saya pribadi platform social media populer itu sudah cukup.

[Akbarkoe]

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masa kini, dan hampir setiap orang memiliki akun di berbagai sosial media, entah itu  dengan tujuan untuk mencari informasi, untuk berinteraksi dengan yang lain, berbisnis atau hanya sekedar mencari hiburan semata dan untuk mengekpresikan diri. Namun terlepas dari hal itu, kita harus lebih bijak dalam menggunakan sosial media, karena tidak sedikit orang yang menggunkan sosmed untuk melakukan kejahatan, dan juga tidak sedikit orang yang menyebarkan informasi palsu atau hoax diberbagai jejaring sosial media. Ini merupakan hal yang harus kita perhataikan sebelum bersosial media.

Saya memiliki beberapa akun disosial media, termasuk instagram, Facebook, dan Twiter, sementara untuk tik-tok saya tidak memilikinya karena menganggap cukup banyak tontonan yang unfaedah. Tetapi ini kembali lagi kepada diri kaain sendiri karena saya melihat cukp banyak orang yang mnggunakan media sosial untuk bejualan dana menghasilkan keuntungan.

Kehidupan di media sosial dan kehidupan nyata terkadang bisa jauh berbeda, terkadang ada beberapa orang yang pemalu, tetapi ketika di sosial media mereka tampil memalukan.

[silpersurfer]

Secara keseluruhan bener banget apa yang agan tulis mengenai level dan tahta tentang platform sosial media, Facebook bisa dikatakan platform sosmed paling ramah dan bisa dipakek untuk semua kalangan kelas baik miskin, kaya, pengangguran atau yang suka share meme bahkan anime. Beda kalau platform sosial media instagram pasti yang pakek high class karena disana banyak konten flexing dan pamer rekening bahkan selebgram sedikit terkenal sudah gak pakek facebook lebih fokus di instagram.

Secara keseluruhan tidak ada ada pengaruh perilaku pengguna untuk semua jenis sosial media memang tergantung individunya itu sendiri, misalkan pengguna platfrom sosial media TikTok kalau kalangan dari orang sudah tua mudah banget terkibul dengan konten hoax. Saya pribadi lebih suka interaksi di Facebook karena disana kita bisa bebas ekspresi dan banyak banget konten share meme.

Terkait netizen Indonesia, hampir semuanya, ketika melihat komentar di platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan lainnya, mudah terprovokasi oleh unggahan yang menyebarkan ujaran kebencian. Dan ketika menemukan informasi, mereka hanya melihat judul dan sampulnya, seringkali mengabaikan deskripsi, yang pada akhirnya menyebabkan kekeliruan dan kegaduhan di kolom komentar. Sebuah hal yang memang menunjukan bahwa tingkat literasi di masyrakat indonesia masih cukup minim.

Lebih lanjut tentu saja media sosial sedikit besarnya akan berpengaruh terhdapan kehidupan di dunia nyata.Tetapi meskipun demikian, tidak sedikit orang yang memiliki dua kpribadian, dimana mereka memperlihatkan dua hal yang berbeda ketikadi dunia maya dan dunia nyata.

[hyudien]

Keduanya sama sama memiliki pengaruh baik itu terhadap prilaku maupun cara berpikir seseorang. Karena kan sosial media jadi jembatan atau alternatif untuk mendapatkan informasi secara cepat dan aktual terlepas dari informasi kehidupan sehari hari yang akhirnya dapat membentuk karakter seseorang. Mulai dari cara berpakaian pun dapat mengikuti trend berarti itu menandakan bahwa peran media sosial mampu memberikan dampaknya. 

Kalau anonimitas itu soal pilihan masing masing sih, karena karakternya ada yang suka show off atau justru tidak ingin terlalu menonjol dan hanya alakadarnya saja.

Harusnya media sosial memang sebagai ruang untuk mengekpresikan kebebasan, baik itu berpendapat, gaya hidup maupun sebagai sarana mengekpresikan jati diri seseorang. Namun di era sekarang sosial media yang kita gunakan tetap dalam pengawasan, suka atau tidak faktanya platform seperti Facebook, instagram, tiktok, dan yang lainnya patuh terhadap kebijakan pemerintah supaya bisa bisa masuk ke wilayah indonesia.

[junder]

1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

menurut saya perilaku setiap orang itu berbeda, bagi mereka yang introvert kemungkinan mereka tidak aktif direal life tapi dimedia sosial mereka sangat aktif entah itu pekerjaan atau membagikan kegiatan kesehariannya, saya memiliki teman yang seperti ini, dalam real life ia adalah seorang yang pendiam tapi dimedia sosial ia sangat terbuka, hal ini menunjukan kalau media sosial adalah dunianya dari pada di real life dan ini menjadi salah satu penghasilan tambahan untuk ia sendiri. Kadang pun seseorang bisa memiliki perubahan perilaku ketika sudah mengenal media sosial.

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

Dalam media sosial kita bisa membuat akun fake atau palsu, hal ini menunjukan memang tidak ada kewajiban untuk pengguna harus menggunakan fotonya sendiri, saya sendiri melakukannya dengan sewajarnya saja tidak berlebihan ya mengikuti apa yang seeharusnya saja.

3. Apakah anda lebih setuju social media itu harus 100% Freedom of speech, atau pro protekrisme?

Masyarakat +62 ini tentunya memiliki karakter yang berbeda, seperti kasus yang sudah banyak terjadi tentang wasit pertandingan sepak bola yang tidak adil, akun wasit tersebut diserang oleh masyarakat +62, ini membuktikan kalau memang cukup banyaka neitzen +62 yang jago dalam hal ini. Seharusnya memang 100% Freedom of speech, tapi seperti nya tidak seperti itu, kadang ada masyarakat kecil yang berkomentar tentang pemerintah malah jadi masalah. Meskipun ada komentar keluhan netizen yang didengar oleh pemerintah tapi lebih banyaknya itu malah jadi masalah bagi mereka sendiri.

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Saya sebelumnya memang ragu akan keamanan data pribadi, tapi tidak ada hal yang merugikan sampai saat ini selama saya menggunakan media sosial. Jadi kita harus tahu mana hal yang bisa kita bagikan ke media sosial dan mana hal yang sebaiknya tidak kita bagikan ke media sosial, karena kadang ada saja orang yang pintar bisa melakukan kejahatan dengan hanya lewat media sosial.

[MarjorieZimmermanGinger]

Pertanyaannya.
1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

Sepertinya memiliki pengaruh karena secara kecenderungan mereka akan mengikuti dan media sosial sekarang seperti membentuk karakter seseorang berdasarkan kecintaan seseorang dalam mengikuti tokoh yang mereka sukai. Perilaku seseorang bisa berubah apabila kecanduan dalam menikmati media sosial secara berlebihan dan ini sering terjadi bagi anak remaja yang masih cukup labil dalam menentukan arah hidupnya.

4. Bagaimana dengan keamanan data pribadi ?

Ataukah harus ada desentralisasi social media?

Tidak ada lagi privasi dan semua di umbar ke media sosial, ini menunjukkan sesuatu yang keliru yang di jalankan oleh kebanyakan orang. Berpergian, makan dan ibadah sudah menjadi rutinitas untuk di bagikan di media sosial seakan-akan tidak ada lagi ruang privasi dalam kehidupan sekarang. Keamanan dan pribadi tidak lagi menjadi cerminan untuk di jaga karena orang terjebak dengan pamer maupun saling menunjukkan kehebatan kepada orang lain di media sosial.

[pusaka]

Media sosial sangat berpengaruh terhadap kehidupan, kita mungkin tidak asing kata "standar tiktok" yang di katakan oleh beberapa orang, itu berarti memang media sosial sudah sangat berdampak pada kehidupan nyata. Netizennya juga berbeda ketika ada topik yang di naikan, respon netizen instagram akan berbeda dengan respon pengguna di X, juga facebook ataupun tiktok.

Nah yang menarik adalah netizen biasanya memiliki jari yang sangat manis dan itu sangat berbeda di kehidupan nyata. Mungkin kita sebagai orang Indonesia sudah sangat merasakan bagaimana manisnya jari netizen kita, dan memang sangat berbeda apabila kita bertemu langsung tatap muka. Mungkin disini mental berbeda, ketika bertatap muka mental mereka receh dan ketika di medsos mental mereka naik sebab berpikir tidak akan ada yang berani untuk menghampiri.

[AprilioMP]

Tanggapan kalian soal perbedaan suasana ketika masuk ke berbagai macam social media?

Era media sosial kini mau berakhir. Tujuan dari media sosial tidak ada lagi khususnya Facebook. Kebanyakan pengguna platform media sosial bukan lagi untuk berbagi tapi sudah menjadi ajang bisnis.

Bagus jika perubahan mengarah kesitu karena bisa menjadi sebagai tempat untuk mencari uang lewat affiliate.
Di sebagaian daerah, khususnya pengguna platform Tiktok menjadi tempat untuk memperlihatkan "kebodohan" bukan tempat menampilkan karya.
Dampak negatif pada sektor tertentu dengan tren saat ini sangat terasa, terlebih pada sektor sosial.

[jcojci]

Tanggapan kalian soal perbedaan suasana ketika masuk ke berbagai macam social media?

Era media sosial kini mau berakhir. Tujuan dari media sosial tidak ada lagi khususnya Facebook. Kebanyakan pengguna platform media sosial bukan lagi untuk berbagi tapi sudah menjadi ajang bisnis.

Bagus jika perubahan mengarah kesitu karena bisa menjadi sebagai tempat untuk mencari uang lewat affiliate.
Di sebagaian daerah, khususnya pengguna platform Tiktok menjadi tempat untuk memperlihatkan "kebodohan" bukan tempat menampilkan karya.
Dampak negatif pada sektor tertentu dengan tren saat ini sangat terasa, terlebih pada sektor sosial.

Kalau untuk Facebook, saya kurang tahu tapi kalau untuk Tiktok atau Instagram, saya kira masih akan terus berlanjut karena antusiasme masyarakat dalam menggunakan kedua media sosial itu masih tinggi. Mereka masih terus mengunggah video-video pendeknya untuk mencapai viewer yang mereka inginkan dan juga berusaha menambah jumlah followernya.

Tapi untuk perilaku di media sosial sepertinya sudah banyak berubah karena banyaknya tontonan yang kurang baik. Mereka mengikuti apa yang mereka lihat tanpa menyaring mana yang baik dan kurang baik. Dengan menggunakan media sosial, mereka merasa lebih bebas dalam mengekspresikan keinginannya sehingga ini banyak yang menjadi sebuah tontonan yang kurang baik. Tapi selama mereka bisa menggunakan media sosial untuk tujuan yang baik dan mereka selalu berusaha dengan baik, saya kira tidak ada perbedaan signifikan yang mengubah perilaku mereka.

[jems]

Media sosial sangat berpengaruh terhadap kehidupan, kita mungkin tidak asing kata "standar tiktok" yang di katakan oleh beberapa orang, itu berarti memang media sosial sudah sangat berdampak pada kehidupan nyata. Netizennya juga berbeda ketika ada topik yang di naikan, respon netizen instagram akan berbeda dengan respon pengguna di X, juga facebook ataupun tiktok.

Nah yang menarik adalah netizen biasanya memiliki jari yang sangat manis dan itu sangat berbeda di kehidupan nyata. Mungkin kita sebagai orang Indonesia sudah sangat merasakan bagaimana manisnya jari netizen kita, dan memang sangat berbeda apabila kita bertemu langsung tatap muka. Mungkin disini mental berbeda, ketika bertatap muka mental mereka receh dan ketika di medsos mental mereka naik sebab berpikir tidak akan ada yang berani untuk menghampiri.

Itu dampak negatif namun saya juga melihat adanya dampak positif dan itu sangat banyak seperti iklan untuk sebuah usaha dan juga kemudahan untuk mencari inspirasi dari berbagai jenis kota ataupun daerah yang bisa kita lihat secara luas dari media sosial, jadi itu menurut saya menjadi kemudahan atas dampak ppositif dari media sosial.

Perihal banyaknya dampa negatif seperti yang anda sebutkan kembali lagi pada diri sendiri dan didikan untuk menggunakan media sosial dan beberapa hal buruk terjadi memang tidak bisa di hentikan.

[AprilioMP]

—

Kalau untuk Facebook, saya kurang tahu tapi kalau untuk Tiktok atau Instagram, saya kira masih akan terus berlanjut karena antusiasme masyarakat dalam menggunakan kedua media sosial itu masih tinggi. Mereka masih terus mengunggah video-video pendeknya untuk mencapai viewer yang mereka inginkan dan juga berusaha menambah jumlah followernya.

Tapi untuk perilaku di media sosial sepertinya sudah banyak berubah karena banyaknya tontonan yang kurang baik. Mereka mengikuti apa yang mereka lihat tanpa menyaring mana yang baik dan kurang baik. Dengan menggunakan media sosial, mereka merasa lebih bebas dalam mengekspresikan keinginannya sehingga ini banyak yang menjadi sebuah tontonan yang kurang baik. Tapi selama mereka bisa menggunakan media sosial untuk tujuan yang baik dan mereka selalu berusaha dengan baik, saya kira tidak ada perbedaan signifikan yang mengubah perilaku mereka.

Kalau di beranda sudah tidak lagi ditanyangkan kontn-konten sampah tapi sudah berubah dengan konten edukasi, selamat datang masayarat baru kata salah satu konten kreator yang putuskan berhenti dari budak pemerintah.
Benar adanya kalau tiktok dan youtube banyak yang tidak bermanfaat meski tren dua platform ini bakal berlanjut. Instagram juga sama bakal berlanjut sama seperti x.com.

Perilaku pengguna yang memanfaatkan platform media sosial pada arah yang bisa menghasilkan tanpa menggadaikan privasi, patut kita acungi jempol. Tiktok khususnya, penggunanya yang menjadikan sebagai tempat jualan itu bagus sebagai wadah baru untuk tempat mencari cuan. Tapi sungguh disayangkan jika audiens dari Tiktok yang hanya menonton konten sampah patut disayangkan. Bukan tidak ada, banyak konten sampah yang sama sekali hilang dari tujuan platform itu sendiri.

[pusaka]

Media sosial sangat berpengaruh terhadap kehidupan, kita mungkin tidak asing kata "standar tiktok" yang di katakan oleh beberapa orang, itu berarti memang media sosial sudah sangat berdampak pada kehidupan nyata. Netizennya juga berbeda ketika ada topik yang di naikan, respon netizen instagram akan berbeda dengan respon pengguna di X, juga facebook ataupun tiktok.

Nah yang menarik adalah netizen biasanya memiliki jari yang sangat manis dan itu sangat berbeda di kehidupan nyata. Mungkin kita sebagai orang Indonesia sudah sangat merasakan bagaimana manisnya jari netizen kita, dan memang sangat berbeda apabila kita bertemu langsung tatap muka. Mungkin disini mental berbeda, ketika bertatap muka mental mereka receh dan ketika di medsos mental mereka naik sebab berpikir tidak akan ada yang berani untuk menghampiri.

Itu dampak negatif namun saya juga melihat adanya dampak positif dan itu sangat banyak seperti iklan untuk sebuah usaha dan juga kemudahan untuk mencari inspirasi dari berbagai jenis kota ataupun daerah yang bisa kita lihat secara luas dari media sosial, jadi itu menurut saya menjadi kemudahan atas dampak ppositif dari media sosial.

Perihal banyaknya dampa negatif seperti yang anda sebutkan kembali lagi pada diri sendiri dan didikan untuk menggunakan media sosial dan beberapa hal buruk terjadi memang tidak bisa di hentikan.

Saya tidak memungkiri bahwa ada dampak positifnya juga, misalnya saja di tiktok beberapa UMKM yang berhasil memanfaatkan media ini berhasil menaikan jumlah penjualan mereka. Tentu saja ini adalah hal yang sangat bagus karena ada sisi manfaatnya. Selain daripada itu ada banyak informasi yang bisa kita dapatkan meskipun kita juga harus sangat pandai dalam menyaring informasi yang kita terima.

Memang itu akan kembali pada diri kita sendiri apakah kita akan menjadi bagian yang bisa memanfaatkan sisi positifnya atau kita akan menjadi bagian dari orang yang hanya menelan sisi negatifnya, pilihan ada di tangan kita sendiri.

[Juse14]

...........

Saya tidak memungkiri bahwa ada dampak positifnya juga, misalnya saja di tiktok beberapa UMKM yang berhasil memanfaatkan media ini berhasil menaikan jumlah penjualan mereka. Tentu saja ini adalah hal yang sangat bagus karena ada sisi manfaatnya. Selain daripada itu ada banyak informasi yang bisa kita dapatkan meskipun kita juga harus sangat pandai dalam menyaring informasi yang kita terima.

Memang itu akan kembali pada diri kita sendiri apakah kita akan menjadi bagian yang bisa memanfaatkan sisi positifnya atau kita akan menjadi bagian dari orang yang hanya menelan sisi negatifnya, pilihan ada di tangan kita sendiri.

Meskipun banyak manfaat yang diberikan oleh kehadiran media sosial, media sosial masih perlu dibatasi, karena yang ada disana bukan hanya orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak. Dan bahka tidak sedikit dari mereka yang berjualan di sosial media, mereka bukan hanya menjaul produk tetapi juga body sexsi mereka agar bisa menarik orang-orang agar menonton siaran langsungnya, dan bahkan mereka beganti pakaian didepan kamera.

Namun sangat disayangkan bahwa pemarintah hanya menarik pajak dari toko online, tetapi feedback dari pajak tersebut sama sekali tidak dirasakan, dan bahkan terkait pengawasan saja mereka tidak melakukannya. Karena disisi lain pada saat ini cukup banyak situs perjudian yang melakukan promosi di media sosial.

Pada saat ini media sosial bukan hanya dimanfaatkan oleh para pelaku UMKMm tetapi juga oleh para politikus guna meningkatkan citranya dihdapan publik. Didalam konten mereka begitu ramah, mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dari masyarakatnya, tetapi dibelakang layar, mereka begitu arogan. Jadi agar apa yang menjadi aspirasi kita bisa didengar oleh mereka, maka kuncinya selalu membaawa kamera ketika ingin menyampaikan aspirasi. Kira-kira begitulah....

[pusaka]

Saya tidak memungkiri bahwa ada dampak positifnya juga, misalnya saja di tiktok beberapa UMKM yang berhasil memanfaatkan media ini berhasil menaikan jumlah penjualan mereka. Tentu saja ini adalah hal yang sangat bagus karena ada sisi manfaatnya. Selain daripada itu ada banyak informasi yang bisa kita dapatkan meskipun kita juga harus sangat pandai dalam menyaring informasi yang kita terima.

Memang itu akan kembali pada diri kita sendiri apakah kita akan menjadi bagian yang bisa memanfaatkan sisi positifnya atau kita akan menjadi bagian dari orang yang hanya menelan sisi negatifnya, pilihan ada di tangan kita sendiri.

Meskipun banyak manfaat yang diberikan oleh kehadiran media sosial, media sosial masih perlu dibatasi, karena yang ada disana bukan hanya orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak. Dan bahka tidak sedikit dari mereka yang berjualan di sosial media, mereka bukan hanya menjaul produk tetapi juga body sexsi mereka agar bisa menarik orang-orang agar menonton siaran langsungnya, dan bahkan mereka beganti pakaian didepan kamera.

Namun sangat disayangkan bahwa pemarintah hanya menarik pajak dari toko online, tetapi feedback dari pajak tersebut sama sekali tidak dirasakan, dan bahkan terkait pengawasan saja mereka tidak melakukannya. Karena disisi lain pada saat ini cukup banyak situs perjudian yang melakukan promosi di media sosial.

Pada saat ini media sosial bukan hanya dimanfaatkan oleh para pelaku UMKMm tetapi juga oleh para politikus guna meningkatkan citranya dihdapan publik. Didalam konten mereka begitu ramah, mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dari masyarakatnya, tetapi dibelakang layar, mereka begitu arogan. Jadi agar apa yang menjadi aspirasi kita bisa didengar oleh mereka, maka kuncinya selalu membaawa kamera ketika ingin menyampaikan aspirasi. Kira-kira begitulah....

Ya sekarang hampir semua anak anak juga ada di media sosial, namun ini adalah tugas dari orang tua untuk bisa lebih mengawasi anak anak. Masalahnya yang terjadi saat ini justru orang tua menjadikan hp sebagai tempat penitipan anak, mereka akan memberikan hp setiap kali anak menangis dan tanpa sadar itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada anak, yang mana mereka akan ketagihan dan yang terjadi berikutnya adalah sebaliknya mereka akan menangis ketika ingin bermain hp.

Saya tidak akan membicarakan orang lain, sebab saya melihat itu di keluarga saya sendiri yang mana mereka akan merengek rengek ingin bermain hp. Meskipun ada fitur seperti youtube kids, namun tetap saja itu berdampak negatif bagi kesehatan mereka.

[red4slash]

Saya pengguna akut media sosial dan memang tidak bisa dipungkiri yang OP sebutkan dalam utasnya itu saya pernah pakai meskipun ada beberapa hal yang sudah tidak saya gunakan seperti FB yang saat ini sudah seperti obralan konten-konten gajelas setelah ada fbpro saya sedikit mengurangi intensitas saya di media sosial dari meta ini.

Bisa dikatakan saya cukup akut dalam media sosial dan saya tahu bahwa kondisi ini jelas kurang terlalu baik apalagi di beberapa moment saya terkadang terlena dan terlalu asyik scroll yang membuat saya lupa waktu dan menunda / melupakan pekerjaan yang seharusnya saya lakukan.

1. Apakah ada pengaruhnya antara perilaku pengguna di real life dengan kecenderungan social media yang mereka sering kunjungi? Atau sebaliknya social media itulah yang mengubah perilaku seseorang?

Media sosiali jelas mempengaruhi kondisi dan prilaku seseorang tetapi tergantung penggunanya juga karena kita tahu masih ada orang yang cukup bijak menggunakan media sosial sebagaimana mestinya tetapi terkadang untuk sebgain besar pengguna lain, media sosial hanya menampilkan beberapa hal yang berimplikasi cenderung negatif seperti flexing sana-sini, perubahan standard penilaian dan lain-lain. Saya sering melihat kondisi media sosial dan kehidupan pribadi sedikit berbeda untuk setiap orang karena mereka tahu bahwa gengsi menjadi penting dan terkadang media sosial dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mendorong mereka melakukan hal-hal yang sebenarnya menjadi semu dimana mereka seolah memperlihatkan kondisi yang sangat nyaman untuk mereka dari segi pergaulan, gaya hidup dan lain-lain tetapi di kehidupan nyata faktanya tidak sedikit yang kondisinya berbanding terbalik.

2. Apakah anda pro dengan anonimitas di social media?

Untuk beberapa kasus media sosial di negara kita anonimitas seperti itu sedikit sulit karena kita tahu bahwa selain dari mutual untuk mencari teman interaksi, disisi lain untuk beberapa media sosial sekarang dijadikan sebagai sarana ecommerce juga sehingga mau tidak mau kita pasti akan melakukan beberapa cara untuk memperlihatkan jati diri atau setidaknya alamat ketika berbelanja. Berbeda cerita jika memang kita hanya menjadikan ini sebagai bentuk scroll atau hanya menjadikan hiburan mungkin ini masih bisa dilakukan dengan catatan interaksi mungkin terbatas tetapi jika memang pada akhirnya kita ingin melakukan beberapa hal seperti pertemanan lebih dengan seseorang atau bahkan yang sudah kita kenali di kehidupan nyata sebelumnya serta misal kita ingin belanja maka anonimitas tidak bisa berlaku. Itu semua tergantung kepada kebutuhan dan tujuan masing-masing orang dalam media sosial yang mereka gunakan sebenarnya.

[joniboini]

Desentralisasi yang diquote disini konteksnya dalam mengamankan data user, atau ada maksud yang lain? Soalnya kalaupun data disebar ke beberapa database yang dikelola komunitas, ane rasa kecil dampaknya ke perilaku mereka di sosmed. Keknya kebanyakan juga ga mikir dah data mereka dipegang sama siapa.

Buat ane sih idealnya orang" tahu risikonya dan bisa menjauh ketika mereka merasa udah mulai akut dengan sosmed, yang berarti edukasi adalah alat utama buat mencegah orang" biar ga berperilaku aneh". Ngeblokir atau malah mintain ID buat bikin akun baru udah berlebihan, karena risiko penyalahgunaannya juga besar. Jangan sampe dah kayak UK yang tiap website dikit" minta KTP kita. Walau ada yang bilang bakal ada solusi seperti zero knowledge ID dan sejenisnya, ane rasa tingkat kesiapan infrastruktur untuk mendukung teknologi kek gitu masih jauh.