Huru Hara Pertamina

[Ryu_Ar1]

Mungkin kasus ini sudah tidak asing untuk kita jika kita memantau pemberitaan yang selalu terjadi di Indonesia baik itu di media sosial mauapun di acara pemberitaan Tv.

Kasus ini bermula ketika menteri ESDM kita yang terhormat Pak Bahlul membuat kebijakan dimana mereka akan menerapkan impor BBM satu pintu lewat pertamina saja yang secara tidak langsung ini menjadi sebuah situasi dimana kompetitor swasta jelas bereaksi karena sebelumnya tidak seperti itu.
Meskipun memang ada statement dengan memperhalus tetapi tujuannya sama dimana Pertamina ingin mencoba untuk menerapkan impor lewat mereka saja dan kompetitor lain seperti Shell, Vivo dan beberapa lagi yangg lain melakukan pembelian dari pertamina saja dengan alasan itu adalah kolaborasi yang baik untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan untuk semua walaupun secara kondisi mungkin ini hanya ingin mencoba manipulasi pasar sesuai kehendak pemerintah saja.

Kasus ini mendapatkan polemik yang cukup beragam dan imbasnya tentu kita sebagai pengguna apalagi yang mulai beralih ke BBM swasta justru menghadapi masalah dimana saya pun merasakan ketika ingin mengisi BBM di Shell justru terkendala karena kosong bahkan hampir lebih dari 1 minggu kosongnya.

Kasusnya berlanjut ketika beberapa kompetitor swasta ini sepakat untuk membeli dari pertamina dengan catatan harus sesuai dengan kriteria mereka dan mulailah pertamina melakukan Impor lebih dimana mereka melakukan impor sebanyak 100ribu Barrel.
Tetapi setelah impor dilakukan justru beberapa kompetitor swasta ini menolak karena memang dalam BBM yang di Impor pertamina ternyata ada kandungan Etanol yang meskipun dalam batas normal tetapi itu tidak sesuai dengan standar mereka yang membuat beberapa kompetitor tidak jadi membeli meskipun sudah ada kesepakatan sebelumnya.

Kita ke pembahasan diskusi karena memang ini bagi saya cukup layak mengingat langkah pemerintah ini krusial terutama langkah Bahlul ini apakah memang ini sejalan dengan apa yang memang ingin pemerintah lakukan untuk masa depan lebih baik atau ini hanya sebagai penjejal untuk kita masyarakat yang memang sudah kehilangan respect bahkan kepercayaan akibat kasus pertamina sebelumnya?
Apakah penerapan regulasi ini juga cukup baik dilakukan atau justru ini hanya menjadikan negara kita mengalami kemunduran karena manipulasi yang dilakukan pemerintah hanya untuk keuntungan pribadi?
Apa dampak yang akan terasa untuk kita jika memang hal ini benar-benar menjadi kenyataan?


Bahlil: Impor BBM Lewat Pertamina demi ‘Hajat Hidup Orang Banyak’
Bahlil Bantah Impor BBM Jadi Satu Pintu Lewat Pertamina
Bensin Shell Kosong di Seluruh SPBU, Stok Vivo & BP-AKR Ketat
Stok BBM Bensin Shell dan Vivo Banyak Kosong
BBM Murni Pertamina Ternyata Mengandung Etanol, Ini Penjelasan ESDM
Alasan SPBU Swasta Tidak Beli BBM dari Pertamina

[macson]

-.-

Kita ke pembahasan diskusi karena memang ini bagi saya cukup layak mengingat langkah pemerintah ini krusial terutama langkah Bahlul ini apakah memang ini sejalan dengan apa yang memang ingin pemerintah lakukan untuk masa depan lebih baik atau ini hanya sebagai penjejal untuk kita masyarakat yang memang sudah kehilangan respect bahkan kepercayaan akibat kasus pertamina sebelumnya?

Masa depan yg lebih baik? lebih tepatnya untuk melindungi kepentingan pemerintah, karena aturan ini memberatkan sisi swasta karena impor mereka dibatasi, sedangkan dari segi kualitas BBM yg ditawarkan oleh pemerintah itu tidak sesuai dengan standar yg seharusnya, jadi apa wajar hal seperti ini?

Sudah jelas apa yg dilakukan oleh pemerintah ini tidak lebih dari sekedar monopoli, padahal ini adalah negara demokratis dan terbuka pada investasi bisnis, tapi kalau begini apakah ini yg dinamakan persaingan bisnis yg sehat? mari berpikir secara cerdas saja.

[mu_enrico]

IMO di negara manapun pasti pemerintahnya ada nafsu untuk monopoli, membatasi asing dan mengutamakan produk-produk dalam negeri. Tapi nafsu tersebut umumnya dibarengi dengan kewarasan untuk tidak melakukannya karena nanti pasti akan ada reaksi balasan dari negara asing yang mau dagang tersebut. Nah, Konoha ini macam belum kapok saja untuk melakukan usaha monopoli, memberikan hambatan ini itu, padahal nanti ketika dibalas tarif ya heboh sendiri.

Dan kemudian monopoli kalau di dalam teori akan merugikan konsumen. Sudah gembira ada banyak pilihan BBM dengan layanan yang berbeda, mungkin dekat juga dengan rumah/kantor, eh ini terpaksa harus ke SPBU Pertamina kalau yang lain tutup.

[bangjoe]

Yang ane harapkan dalam jangka pendek dan panjang Indonesia memiliki banyak kilang minyak sebagai sarana penyimpanan hasil pertambangan yang bisa kita oleh sendiri juga kedepannya, kebanyakan kan di ekspor ke singapur kemudian di beli lagi dengan harga yang lebih mahal dan di jual ke masyarakat untuk memenuhi kebutuhan BBM ini, setelahnya pertamina meminta pemerintah mensubsidi karena terbilang mahal untuk harganya dan ya hal ini membuat lebih banyak pengeluaran daripada keuntungan, percuma kita menggali minyak indonesiat etapi akhirnya berujung kerugian, sungguh lelucon, jika kita berbicara akal sehat lebih baik mencari bisnis yang menguntungkan bukan merugikan.


mengenai kasus huru hara yang di maksud, menurut ane peribadi jika pemerintah ingin mendominasi atau memonopoli pensuplay BBM itu tidak masalah dan bagus karena merupakan salah satu kebutuhan utama, namun standar atau kualitasnya juga harus jelas dan harus memiliki harga yang lebih murah dari harga ekspor para penjual BBM di tanah air, ya tentunya kilang menjadi salah satu solusi terbaik agar pemerintah memiliki harga yang lebih murah.

[Juse14]

Nampaknya sulit sekali untuk bisa menjadikan negara ini sebagai negara maju dan mandiri , baik secara eknomi maupun energi dan juga hal lainnya selama kursi pemerintahan di isi oleh orang orang yang tidak kempeten, yang hanya ingin mempekaya diri sendri dan tidak menginginkan adanya kemajuan di negara ini. Disini kita hanya bisa berkomentara, tetapi tetap saja segala bentuk keputusan dan kebijakan ada ditangan mereka.

negara ini memiliki cukup banyak pertambangan migas yang tersebar di setiap penjuru negeri, tetapi semuanya dikusai oleh orang orang asing, semaetara itu ada beberapa yang dikelola oleh pertamina, tetapi alih alih mendapatkan keuntungan, yang didapat hanya kerugian dan kerugian. Dan entah sampai kapan akn terus seperti ini. kita impor minyak bumi dengan harga yang murah, lalu membelinya kembali dengan harga yang mahal setelah menjadi barang jadi. Dan hal ini bukan hanya terjadi pada pertambangan minyak bumi saja, tetapi juga pada sektor pertambangan lainnya. yang mana tentu saja yang harus disalahkan dalam hal ini adalah Bahlul yang tidak mampu mengeola sumber daya negara ini dengan baik untuk bisa menghasilkan keuntungan dan memberikan kemanfaatan secara luas bagi masyarakat.

[silpersurfer]

Sudahlah impor, harganya mahal, eh ternyata kualitasnya buruk. entahlah saya sudah tidak cukup mengerti dengan segala huru hara yang terjadi saat ini. Pertamina di setiap tahunnya terus menalami kerugian, tetapi disisi lain para komisaris dan orang orang yang bermain di dlamnya hidup dengan bergelimbang harta dan kemewahan. jadi apalagi yang bisa diharapkan jika memang dalam pengelolaan masih cukup buruk, dan begitupula dengan para pengelolanya yang hanya memikirkan keuntungan untuk diri pribadi, bukan untuk negara maupun masyarakat.

Harga BBM pada saat ini memang terbilang cukup mahal, tetapi berapa sih besaran yang di subsidi oleh pemerintah? Jika saya melihat struk pengisian BBM, pemerintah hanya mensubsidi sekitara Rp.600 koma sekian untuk setiap liternya dengan jenis BBM Pertalite yang memang kualitasnya cukup diragukan.

dan jika memang pertamina tidak sanggup untuk membangun kilang minyak, dan karena sudah dibangunpun percuma karena akan mereka bakar lagi, Sudah saja serahkan pada investor asing!!!

[Furious 7]

Ini gong terbaik sih saya rasa kektika jor-jor an impor 100ribu barrel karena kesepakatan awal dengan beberapa pesaing swasta dalam hal pembelian BBM bahkan jika kita membaca sebelumnya 40 ribu barrel telah dipesan Vivo eh pas datang janjinya bensin murni malah ada etanolnya Sekalipun jumlahnya kecil dan masih dalam tahap normal untuk dipakai tetap saja ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal dan tidak sesuai dengan kriteria dari swasta yang memang memiliki takaran sendiri untuk BBM.

Kondisi ini swasta tidak bisa disalahkan jika tidak jadi membeli karena janji awal pun bensin nya murni dan itu sudah menjadi hal yang seharusnya diperhatikan eh dengan tidak tahu malunya bensin nya kualitas buruk, dan dengan santainya sambil petantatang petenteng di media menteri ESDM ini tanpa rasa bersalah dan malu mengatakan tidak masalah ada etanol karena mobil di negara kita ini tahan dengan campuran etanol sampai 20 persen.

BTW desas desus liar yang terjadi sekarang menyangkut pernyataan Menkeu tentang kilang minyak dibakar demi impor baru lagi dan beberapa hari setelah statement ini keluar kilang minyak di Dumai terdibakar apakah ada maksud tertentu disini hhe.

[traderethereum]

Tidak ada yang rela melihat keuntungan harus dibagi dengan pihak lain apalagi Pertamina. Dengan melimpahnya sumber daya yang dimiliki pemerintah, seharusnya mereka bisa membangun kilang minyak sendiri untuk mengolah hasil sumber dayanya sehingga bisa berguna untuk masyarakatnya. Tapi mereka malah mengirimnya ke negara lain dan kemudian membelinya lagi untuk disalurkan ke negara sendiri. Jadinya dua kali kerja, mana biayanya juga tambah mahal kan dengan seperti itu.

Tidak apa-apa jika ingin menjadi penyuplai utama untuk negeri tapi ya kualitasnya harus diperhatikan terutama untuk pendistribusian BBM ke masyarakat. Masyarakat tidak tahu apa-apa jika ada kecurangan terjadi di Pertamina dan sebenarnya masyarakat itu hanya minta pasokan terjamin, harganya murah dan bisa dibeli oleh mereka. Sekarang dengan harga yang terus naik, masyarakat juga berusaha untuk menyesuaikan karena mereka butuh BBM untuk mobilisasinya. Sebenarnya dengan ada banyak perusahaan lain membuka layanan BBM di sini bisa menjadi pelajaran untuk Pertamina untuk mempelajari dan memahami kenapa masyarakat banyak yang pindah ke layanan lainnya.

[pusaka]

Ini gong terbaik sih saya rasa kektika jor-jor an impor 100ribu barrel karena kesepakatan awal dengan beberapa pesaing swasta dalam hal pembelian BBM bahkan jika kita membaca sebelumnya 40 ribu barrel telah dipesan Vivo eh pas datang janjinya bensin murni malah ada etanolnya Sekalipun jumlahnya kecil dan masih dalam tahap normal untuk dipakai tetap saja ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal dan tidak sesuai dengan kriteria dari swasta yang memang memiliki takaran sendiri untuk BBM.

Kondisi ini swasta tidak bisa disalahkan jika tidak jadi membeli karena janji awal pun bensin nya murni dan itu sudah menjadi hal yang seharusnya diperhatikan eh dengan tidak tahu malunya bensin nya kualitas buruk, dan dengan santainya sambil petantatang petenteng di media menteri ESDM ini tanpa rasa bersalah dan malu mengatakan tidak masalah ada etanol karena mobil di negara kita ini tahan dengan campuran etanol sampai 20 persen.

BTW desas desus liar yang terjadi sekarang menyangkut pernyataan Menkeu tentang kilang minyak dibakar demi impor baru lagi dan beberapa hari setelah statement ini keluar kilang minyak di Dumai terdibakar apakah ada maksud tertentu disini hhe.

Nah ini yang membuat saya tidak habis pikir dengan pemerintah kita. Pihak pemerintah disini seperti ingin menjatukan pihak swasta dengan apa yang mereka lakukan. Beberapa waktu lalu, mungkin kita ingat ketika pemerintah membuat kebijakan bahwa pihak swasta tidak boleh mematok harga yang lebih rendah dari perusahaan milik pemerintah. Padahal secara logika seharusnya merekalah yang harus berbenah, karena konsumen pasti memiliki mana yang berkualitas dan berkuantitas.

Mereka memegang kendali atas semua kebijakan, akan tetapi bukan berarti mereka bisa seenaknya saja. Sekarang mereka menginginkan swasta membeli pada mereka, sedangkan hanya sekedar menjaga kepercayaan saja tidak bisa, ini aneh menurut saya. Menurut saya ini adalah dampak dari posisi posisi penting tidak diisi oleh orang kompeten.

[ashmodeus]

Nah ini yang membuat saya tidak habis pikir dengan pemerintah kita. Pihak pemerintah disini seperti ingin menjatukan pihak swasta dengan apa yang mereka lakukan. Beberapa waktu lalu, mungkin kita ingat ketika pemerintah membuat kebijakan bahwa pihak swasta tidak boleh mematok harga yang lebih rendah dari perusahaan milik pemerintah. Padahal secara logika seharusnya merekalah yang harus berbenah, karena konsumen pasti memiliki mana yang berkualitas dan berkuantitas.

Mereka memegang kendali atas semua kebijakan, akan tetapi bukan berarti mereka bisa seenaknya saja. Sekarang mereka menginginkan swasta membeli pada mereka, sedangkan hanya sekedar menjaga kepercayaan saja tidak bisa, ini aneh menurut saya. Menurut saya ini adalah dampak dari posisi posisi penting tidak diisi oleh orang kompeten.

Kan kan kan kalau ga gitu ga akan untung besar, meskipun ngomongnya selalu rugi kenyataannya tahu sendiri lah, makanya mereka melakukan hal itu untuk perusahaan swasta, kalau di lihat-lihat ya memang keinginan mereka menyingkirkan pihak-pihak tersebut, padahal kalau ada kompetitor seharusnya bagus, seperti kata agan jika ada kompetitor yang menawarkan produk bagus dengan harga murah ya pemerintah harusnya terdorong untuk melakukan hal yang sama, dan seharusnya bisa, misalnya dengan membangun kilang sendiri karena ini intinya agar BBM bisa murah dan mereka tidak akan mengeluarkan statements selalu rugi terus. Ya beginilah kalau kendali di tangan orang yang salah dan serakah.

[red4slash]

Apakah penerapan regulasi ini juga cukup baik dilakukan atau justru ini hanya menjadikan negara kita mengalami kemunduran karena manipulasi yang dilakukan pemerintah hanya untuk keuntungan pribadi?

Manipulasi bagi sebuah negara bukanlah hal yang baru karena secara sadar atau tidak peranan terbesar dalam hal manipulasi adalah pemerintahan tetapi dalam hal ini manipulasi yang dilakukan justru ini seakan menjadi blunder untuk lembaga pemerintahan itu sendiri untuk sekarang.
Bagaimana tidak, melihat dari yang terjadi dimana carut marut tentang lambatnya pemberitahuan kepada pesaing (statement yang ada dalam rapat) serta kualitas BBM yang tidak sesuai harapan dan standar untuk suplayer swasta jelas menjadi sebuah permasalahan yang sebenarnya dibuat oleh lembaga pemerintahan itu sendiri.

Saya berfikir dalam hal ini manipulasi jika sesuai dengan keuntungan bersama dalam artian pemerintah untung, swasta untung dan rakyat tidak dirugikan sebenarnya tidak menjadi masalah karena itu sah-sah saja mengingat mereka yang memiliki regulasi tetapi ketika manipulasi yang hanya ingin menguntungkan mereka sendiri itu namanya tidak tahu diri.

Apa dampak yang akan terasa untuk kita jika memang hal ini benar-benar menjadi kenyataan?

Jika pada akhirnya mereka masih melanjutkan untuk memaksakan untuk menjual kepada swasta dengan BBM yang kita tahu ada kandungan etanolnya (bukan murni) maka selain dari kepercayaan dan respect hilang ini juga bisa berpengaruh kepada kompetitor yang pergi karena jika saya tidak salah melihat informasi dan pemberitaan wacana Shell pergi ke negara tetangga di 2026 itu bisa benar-benar terjadi dan kita sebagai masyarakat jelas akan semakin dirugikan karena dipaksa harus menelan apa yang disodorkan pemerintah untuk BBM sekalipun kualitasnya buruk.
Kita sudah tidak percaya kepada mereka setelah mega korupsi dan sekarang ditambah lagi dengan kondisi BBM yang buruk ya makin ga percaya dan jadi gedeg pada akhirnya.

[pusaka]

Nah ini yang membuat saya tidak habis pikir dengan pemerintah kita. Pihak pemerintah disini seperti ingin menjatukan pihak swasta dengan apa yang mereka lakukan. Beberapa waktu lalu, mungkin kita ingat ketika pemerintah membuat kebijakan bahwa pihak swasta tidak boleh mematok harga yang lebih rendah dari perusahaan milik pemerintah. Padahal secara logika seharusnya merekalah yang harus berbenah, karena konsumen pasti memiliki mana yang berkualitas dan berkuantitas.

Mereka memegang kendali atas semua kebijakan, akan tetapi bukan berarti mereka bisa seenaknya saja. Sekarang mereka menginginkan swasta membeli pada mereka, sedangkan hanya sekedar menjaga kepercayaan saja tidak bisa, ini aneh menurut saya. Menurut saya ini adalah dampak dari posisi posisi penting tidak diisi oleh orang kompeten.

Kan kan kan kalau ga gitu ga akan untung besar, meskipun ngomongnya selalu rugi kenyataannya tahu sendiri lah, makanya mereka melakukan hal itu untuk perusahaan swasta, kalau di lihat-lihat ya memang keinginan mereka menyingkirkan pihak-pihak tersebut, padahal kalau ada kompetitor seharusnya bagus, seperti kata agan jika ada kompetitor yang menawarkan produk bagus dengan harga murah ya pemerintah harusnya terdorong untuk melakukan hal yang sama, dan seharusnya bisa, misalnya dengan membangun kilang sendiri karena ini intinya agar BBM bisa murah dan mereka tidak akan mengeluarkan statements selalu rugi terus. Ya beginilah kalau kendali di tangan orang yang salah dan serakah.

Karena agan mengatakan tentang kilang, saya jadi teringat banyak sekali kilang yang banyak di bakar. Dan bahkan Menteri Keuangan sekarang sempat menyenggol pertamina tentang tidak adanya kilang baru selama puluhan tahun dan juga tentang kilang yang terbakar.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20251002103115-4-672193/purbaya-geram-ri-tak-punya-kilang-minyak-baru-impor-dari-singapura

Tentang masalah rugi, ya pasti rugi jika keuntungannya di korupsi. Aneh sih bagi saya, sebab ada banyak kebijakan yang seharusnya itu membuat keuntungan besar justru mereka mengeluarkan statemen selalu rugi. Mereka pikir rakyat bodo kali ya sehingga mereka berpikir bisa mempermainkan rakyat.

[flower12]

Apa dampak yang akan terasa untuk kita jika memang hal ini benar-benar menjadi kenyataan?

Jika pada akhirnya mereka masih melanjutkan untuk memaksakan untuk menjual kepada swasta dengan BBM yang kita tahu ada kandungan etanolnya (bukan murni) maka selain dari kepercayaan dan respect hilang ini juga bisa berpengaruh kepada kompetitor yang pergi karena jika saya tidak salah melihat informasi dan pemberitaan wacana Shell pergi ke negara tetangga di 2026 itu bisa benar-benar terjadi dan kita sebagai masyarakat jelas akan semakin dirugikan karena dipaksa harus menelan apa yang disodorkan pemerintah untuk BBM sekalipun kualitasnya buruk.
Kita sudah tidak percaya kepada mereka setelah mega korupsi dan sekarang ditambah lagi dengan kondisi BBM yang buruk ya makin ga percaya dan jadi gedeg pada akhirnya.

Pemerintah kita seolah memaksa kita untuk terus menggunakan produk mereka sedangkan dalam menjaga kualitas produk mereka sendiri pun tidak bisa. Ada banyak hal yang serupa, bukan hanya disini saja, akan tetapi dalam banyak hal. Mungkin ini sedikit melenceng, akan tetapi kita bisa melihat dari pelayanan di fasilitas publik misalnya, saya selalu merasa pelayanan di pihak swasta jauh lebih baik dari pemerintah kita sendiri.
Dan yang lebih parah adalah mereka terus melakukan itu dari tahun ke tahun, dan bahkan beberapa kali pergantian Presiden pun mereka masih tetap sama. Masalahnya adalah karena orang yang ada di dalamnya itu itu saja.

[Raflesia]

Pemerintah kita seolah memaksa kita untuk terus menggunakan produk mereka sedangkan dalam menjaga kualitas produk mereka sendiri pun tidak bisa. Ada banyak hal yang serupa, bukan hanya disini saja, akan tetapi dalam banyak hal. Mungkin ini sedikit melenceng, akan tetapi kita bisa melihat dari pelayanan di fasilitas publik misalnya, saya selalu merasa pelayanan di pihak swasta jauh lebih baik dari pemerintah kita sendiri.
Dan yang lebih parah adalah mereka terus melakukan itu dari tahun ke tahun, dan bahkan beberapa kali pergantian Presiden pun mereka masih tetap sama. Masalahnya adalah karena orang yang ada di dalamnya itu itu saja.

Yang kocak sekarang adalah setelah ketahuan bahwa BBM yang kita impor mengandung Etanol sebesar 3.5 persen maka regulasinya di ubah sekarang dimana kebijakan baru mengenai BBM adalah pemerintah wajibkan Etanol sebesar 10 persen dengan alasan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mendukung energi terbarukan

Kita di jejali sekaligus di benturkan dengan regulasi jika memang tidak mau memakai bahan bakar yang memakai etanol seolah-olah kita itu tidak mendukung langkah energi terbarukan padahal ini adalah akal-akalan dari mereka sendiri agar apa yang mereka lakukan dengan impor BBM kondisi buruk dianggap sebagai pilihan yang bijak.
Lama-lama makin aneh negeri ini ketika di isi oleh para pemimpin yang menghalalkan segala cara agar apa yang mereka lakukan terlihat baik padahal sejak awal itu sudah memperlihatkan kebobrokan dan ketidak mampuan mereka sendiri dalam jabatan yang mereka ampu.

[retreat]

Melihat polemik yang dibuat oleh menteri ESDM dan Pertamina ini memang cukup disayangkan, karena Shell, BP, dan Vivo, itu berinvestasi cukup besar di Indonesia, mereka menggelontorkan begitu banyak duit agar bisnis mereka bisa berjalan dan beroperasi dengan aman dan lancar, namun pemerintah bersama dengan Pertamina justru terkesan seperti ketidakpastian atau kesan monopoli kepada para pihak swasta ini dengan membatasi ruang gerak mereka melalui kebijakan yang tidak transparan dan penuh permainan politik. Pembatasan ini tidak hanya merugikan Shell, BP, dan Vivo, namun juga masyarakat yang seharusnya bisa mendapatkan opsi pilihan bahan bakar yang lebih efisien atau berkualitas, namun justru masyarakat "dipaksa" untuk menggunakan bahan bakar Pertamina yg dimana kita sudah tahu sendiri kualitasnya seperti apa. Apa yang harusnya dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi persaingan bisnis dan iklim investasi yang sehat, justru pemerintah sendiri terkesan seperti ingin memonopoli pasar energi melalui dominasi Pertamina dan kementrian ESDM.

[jcojci]

Walaupun itu karena manipulasi, rakyat tidak akan pernah tahu kecuali ada yang tertangkap tangan sedang berbisnis rahasia dan menyangkut dengan Pertamina barulah nanti ada rentetan berita tentang penyelewengan di dalam tubuh Pertamina.

Selain itu, tidak akan ada yang protes atau hanya menerima saja apa yang dilakukan oleh pemerintah. Walaupun Pertamina rugi, kita juga tidak bisa apa-apa karena ceritanya disembunyikan dengan rapat. Tapi serapat-rapatnya cerita disembunyikan, suatu hari nanti pasti akan ketahuan.

Polemik Pertamina ini bisa memicu keengganan Shell, Vivo, BP ataupun perusahaan swasta dan asing untuk meneruskan bisnisnya di Konoha. Itu karena mereka merasa dipermainkan oleh perusahaan sebesar Pertamina dan itu bisa merembet ke perusahaan asing lainnya.

Memang Pertamina ingin memonopoli pasar tapi seharusnya mereka tahu bahwa jika memang ingin memonopoli pasar, mereka harus bisa membenahi dirinya dulu terutama untuk produknya. Produk dari perusahaan swasta lebih baik dibanding Pertamina jadi ini bisa membuat mereka menyadari apa yang harus diperbaiki. Masalah Etanol, memang hanya sedikit tapi saya yakin pasti ada pengaruhnya.

[Ryu_Ar1]

IMO di negara manapun pasti pemerintahnya ada nafsu untuk monopoli, membatasi asing dan mengutamakan produk-produk dalam negeri. Tapi nafsu tersebut umumnya dibarengi dengan kewarasan untuk tidak melakukannya karena nanti pasti akan ada reaksi balasan dari negara asing yang mau dagang tersebut. Nah, Konoha ini macam belum kapok saja untuk melakukan usaha monopoli, memberikan hambatan ini itu, padahal nanti ketika dibalas tarif ya heboh sendiri.

Sebenarnya ketika situasinya akan terlihat sama-sama menguntungkan artinya pemerintah membuat kebijakan yang waras (sekalipun ada indikasi monopoli) tetapi para warganya tidak memiliki permasalahan dengan hal tersebut bahkan bisa menjadi menguntungkan juga untuk mereka saya rasa tidak masalah tetapi memang negara kita ini sepertinya mencoba lebih tamak dimana kita hanya dipaksa dijejeli dengan hal-hal yang konyol dengan alasan aturan dan demi kebaikan bersama termasuk dalam masalah bahan bakar ini.
Saya sudah cukup nyaman dengan adanya beberapa kompetitor dimana saya bisa berada dimanapun (kebetulan ditempat saya kerja saat ini ada 2 Shell dan pertamina) yang memang masih memberikan setidaknya opsi pilihan tetapi sekarang setelah huru hara terjadi jujur shell seperti hilang begitu saja bahkan berminggu-minggu sehingga mau tidak mau kita membeli pertamina walaupun kita pasti was-was dengan hal tersebut.

Sekarangg kebijakan etanol mulai akan diberlakukan. kan konyol ketika mereka ingin impor BBM harga rendah yang kualitasnya buruk justru itu dianggap sebagai kebijakan yang bagus agar tidak terlalu bergantung kepada bahan bakar yang berasal dari fosil dimana kita dijejali BBM dengan etanol tinggi dengan harga yang tinggi pula tetapi kita sendiri yang rugi yang siap-siap aja harus perbaikan kendaraan lebih tinggi juga.

Nampaknya sulit sekali untuk bisa menjadikan negara ini sebagai negara maju dan mandiri , baik secara eknomi maupun energi dan juga hal lainnya selama kursi pemerintahan di isi oleh orang orang yang tidak kempeten, yang hanya ingin mempekaya diri sendri dan tidak menginginkan adanya kemajuan di negara ini. Disini kita hanya bisa berkomentara, tetapi tetap saja segala bentuk keputusan dan kebijakan ada ditangan mereka.

Yang kompeten di negara ini akan hilang seiring berjalannya waktu dan kalau kita melihat di tahun ini saja mungkin kita yang mengikuti kasus Tom Lembong atau Nadiem pasti sadar bahwa mereka cukup kompeten di bidangnya tetapi  mereka justru dipersekusi sedemikian rupa dengan dalih regulasi dan undang-undang sehingga pada akhirnya apa yang diharapkan.
Jika menterinya kek Bahlul ini baru pada di sembah dan dijunjung :3

Ini gong terbaik sih saya rasa kektika jor-jor an impor 100ribu barrel karena kesepakatan awal dengan beberapa pesaing swasta dalam hal pembelian BBM bahkan jika kita membaca sebelumnya 40 ribu barrel telah dipesan Vivo eh pas datang janjinya bensin murni malah ada etanolnya Sekalipun jumlahnya kecil dan masih dalam tahap normal untuk dipakai tetap saja ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal dan tidak sesuai dengan kriteria dari swasta yang memang memiliki takaran sendiri untuk BBM.

Kondisi ini swasta tidak bisa disalahkan jika tidak jadi membeli karena janji awal pun bensin nya murni dan itu sudah menjadi hal yang seharusnya diperhatikan eh dengan tidak tahu malunya bensin nya kualitas buruk, dan dengan santainya sambil petantatang petenteng di media menteri ESDM ini tanpa rasa bersalah dan malu mengatakan tidak masalah ada etanol karena mobil di negara kita ini tahan dengan campuran etanol sampai 20 persen.

Udah tahu mereka salah karena tidak sesuai dengan impor yang sudah ditentukan dengan petantang petentengnya sekarang mereka membuat kebijakan bahwa kita wajib memakai BBM dengan etano 10 persen agar apa yang dilakukan dengan impor 100rb barrel dengan etanol 3.5 persen itu tidak menjadi di permsalahakna.

Kan ini konyol, mereka yang ingin keuntungan pribadi lebih besar, mereka yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dari penjualan yang dilakukan dan kita sebagai masyarakat hanya harus bisa menerima apapun yang diberikan tidak peduli apakah itu baik atau tidaknya kepada kendaraan kita.
Jujur saja saya muak sebenarnya dengan kondisi seperti ini tetapi memang sepertinya pemerintah dan beberapa menteri di negara kita tidak pernah kapok padahal kasus baru beberapa waktu lalu untuk penggerudukan rumah beberapa menteri seperti ini sudah terjadi tetapi sepertinya ketika kekuasaan dan kekayaan sudah membuat mereka buta maka tetap saja situasi ini akan terus terjadi sampai kapanpun tidak akan berubah.

[mu_enrico]

Sekarangg kebijakan etanol mulai akan diberlakukan. kan konyol ketika mereka ingin impor BBM harga rendah yang kualitasnya buruk justru itu dianggap sebagai kebijakan yang bagus agar tidak terlalu bergantung kepada bahan bakar yang berasal dari fosil dimana kita dijejali BBM dengan etanol tinggi dengan harga yang tinggi pula tetapi kita sendiri yang rugi yang siap-siap aja harus perbaikan kendaraan lebih tinggi juga.

Ane geram sekali dengan ketidakwarasan pemerintah Konoha ini, terkhusus Pertam*na dan ESDM. Dipikir Konoha dengan kelembaban begitu tinggi bisa disamakan dengan negara-negara yang sudah pakai E10! Sangat merugikan warga, termasuk ane yang punya kendaraan tua sudah puluhan tahun. Ini sama saja warga miskin disuruh beli kendaraan baru tapi duitnya disuruh nyari sendiri.

Ane juga sangat yaqin di daerah juga masih banyak kendaraan yang tidak bisa pakai E10. Hal ini akan menimbulkan kemarahan warga kembali terutama di daerah. Warbiasa ini pemerintah kalau beneran mau ganti E10 secara mendadak seperti ini.

[red4slash]

Jika pada akhirnya mereka masih melanjutkan untuk memaksakan untuk menjual kepada swasta dengan BBM yang kita tahu ada kandungan etanolnya (bukan murni) maka selain dari kepercayaan dan respect hilang ini juga bisa berpengaruh kepada kompetitor yang pergi karena jika saya tidak salah melihat informasi dan pemberitaan wacana Shell pergi ke negara tetangga di 2026 itu bisa benar-benar terjadi dan kita sebagai masyarakat jelas akan semakin dirugikan karena dipaksa harus menelan apa yang disodorkan pemerintah untuk BBM sekalipun kualitasnya buruk.
Kita sudah tidak percaya kepada mereka setelah mega korupsi dan sekarang ditambah lagi dengan kondisi BBM yang buruk ya makin ga percaya dan jadi gedeg pada akhirnya.

Pemerintah kita seolah memaksa kita untuk terus menggunakan produk mereka sedangkan dalam menjaga kualitas produk mereka sendiri pun tidak bisa. Ada banyak hal yang serupa, bukan hanya disini saja, akan tetapi dalam banyak hal. Mungkin ini sedikit melenceng, akan tetapi kita bisa melihat dari pelayanan di fasilitas publik misalnya, saya selalu merasa pelayanan di pihak swasta jauh lebih baik dari pemerintah kita sendiri.
Dan yang lebih parah adalah mereka terus melakukan itu dari tahun ke tahun, dan bahkan beberapa kali pergantian Presiden pun mereka masih tetap sama. Masalahnya adalah karena orang yang ada di dalamnya itu itu saja.

Mereka tidak belajar dari kesalahan sebelumnya karena memang kondisi bobrok seperti ini sudah mendarah daging sejak awal sehingga pada akhirnya pola nya akan tetap sama dimana kita akan terus dijejali barang dengan kualitas buruk tetapi harganya tidak main-main harga mahal dan monopoli yang dilakukan sebenarnya tidak akan menjadi masalah ketika dari segi pelayanan, kualitas produk dan beberapa aspek lain dari kondisi tersebut sesuai tetapi yang terjadi sekarang adalah kebalikan dari itu yang membuat situasi menjadi tidak terlalu kondusif untuk dirasakan.
Pemerintah saat ini hanya ingin keuntungan saja dan ketika ada permasalahan mereka menutupnya dengan beberapa dalih yang lebih buruk seperti ketika banyak kasus korupsi dibanding menghancurkan para koruptor mereka lebih suka menghancurkan kejaksaan, ketika impor BBM tidak sesuai kilang minyak nya yang dibakar dan justru membuat kebijakan yang lebih konyol dengan Etanol yang bahkan dilebihkan dengan dalih menjadi lebih ramah lingkungan dan banyak lagi yang lainnya.

Sehingga memang cukup wajar ketika ada yang merasakan bahwa pelayanan swasta jauh lebih baik karena kondisi seperti ini bukan hanya anda saja yang merasakan tetapi hampir sebagian besar orang yang melakukan perbandingan merasakan hal yang sama.

[khiholangkang]

Jika pada akhirnya mereka masih melanjutkan untuk memaksakan untuk menjual kepada swasta dengan BBM yang kita tahu ada kandungan etanolnya (bukan murni) maka selain dari kepercayaan dan respect hilang ini juga bisa berpengaruh kepada kompetitor yang pergi karena jika saya tidak salah melihat informasi dan pemberitaan wacana Shell pergi ke negara tetangga di 2026 itu bisa benar-benar terjadi dan kita sebagai masyarakat jelas akan semakin dirugikan karena dipaksa harus menelan apa yang disodorkan pemerintah untuk BBM sekalipun kualitasnya buruk.
Kita sudah tidak percaya kepada mereka setelah mega korupsi dan sekarang ditambah lagi dengan kondisi BBM yang buruk ya makin ga percaya dan jadi gedeg pada akhirnya.

Pemerintah kita seolah memaksa kita untuk terus menggunakan produk mereka sedangkan dalam menjaga kualitas produk mereka sendiri pun tidak bisa. Ada banyak hal yang serupa, bukan hanya disini saja, akan tetapi dalam banyak hal. Mungkin ini sedikit melenceng, akan tetapi kita bisa melihat dari pelayanan di fasilitas publik misalnya, saya selalu merasa pelayanan di pihak swasta jauh lebih baik dari pemerintah kita sendiri.
Dan yang lebih parah adalah mereka terus melakukan itu dari tahun ke tahun, dan bahkan beberapa kali pergantian Presiden pun mereka masih tetap sama. Masalahnya adalah karena orang yang ada di dalamnya itu itu saja.

Mereka tidak belajar dari kesalahan sebelumnya karena memang kondisi bobrok seperti ini sudah mendarah daging sejak awal sehingga pada akhirnya pola nya akan tetap sama dimana kita akan terus dijejali barang dengan kualitas buruk tetapi harganya tidak main-main harga mahal dan monopoli yang dilakukan sebenarnya tidak akan menjadi masalah ketika dari segi pelayanan, kualitas produk dan beberapa aspek lain dari kondisi tersebut sesuai tetapi yang terjadi sekarang adalah kebalikan dari itu yang membuat situasi menjadi tidak terlalu kondusif untuk dirasakan.
Pemerintah saat ini hanya ingin keuntungan saja dan ketika ada permasalahan mereka menutupnya dengan beberapa dalih yang lebih buruk seperti ketika banyak kasus korupsi dibanding menghancurkan para koruptor mereka lebih suka menghancurkan kejaksaan, ketika impor BBM tidak sesuai kilang minyak nya yang dibakar dan justru membuat kebijakan yang lebih konyol dengan Etanol yang bahkan dilebihkan dengan dalih menjadi lebih ramah lingkungan dan banyak lagi yang lainnya.

Sehingga memang cukup wajar ketika ada yang merasakan bahwa pelayanan swasta jauh lebih baik karena kondisi seperti ini bukan hanya anda saja yang merasakan tetapi hampir sebagian besar orang yang melakukan perbandingan merasakan hal yang sama.

Pemerintah mengambil keuntungannya saja? apakah saya tidak salah baca, rasa-rasanya pertamina mengalami kerugian dan itu yang menjadi fakta sebenarnya, lalu keuntungan dari mana? hahah ini seperti berbicara hal yang tidak bisa di berantas, bayangkan saja dengan hrag yang mahal tapi tetap rugi, apakah masyarakat berhutang BBM mereka? tentu tidak, tapi mereka mengatakan kami rugi, hanya karena mereka tidak memiliki penyimpanan yang cukup untuk pertambangan mereka sendiri, bodohnya orang-orang negara kita di manfaatkan untuk keuntungan segelintir orang saja sehingga bekerja sama dengan orang-orang luar untuk mengimpor barang mentah dan kemudian kita membelinya lagi dengan harga yang lebih mahal.