Media Sosial : Yang Viral Belum Tentu Benar

[BigBos]

Akhir akhir ini saya melihat beberapa kejadian viral di media sosial, dan biasanya kejadian itu berawal dari postingan yang mendapatkan banyak perhatian. Seperti contoh yang menjadi perbincangan adalah ketika kasus Vina Garut (korban meninggal). Kasus itu viral yang pada akhirnya itu dijadikan sebuah film layar lebar mengangkat kisah itu. Namun yang menjadi sorotan saya adalah ternyata ada banyak kejadian janggal, dan yang menarik adalah ketika salah satu yang ditetapkan DPO justru bisa membalikan situasi. Yang lebih menarik adalah ketika para terpidana yang pada awalnya mendapatkan banyak cemoohan berbalik menjadi banyak mendapatkan dukungan. Lalu kasus berikutnya adalah kasus Sambo yang itu juga menjadi perbincangan besar, pada akhirnya kasus terungkap setelah banyak kejanggalan dan viral.

Yang baru baru ini saya lihat adalah konflik antar tetangga, Yai Mim dan Sahara. Pada awal kasus ini muncul, banyak yang mendukung Sahara karena memang yang pertama kali viral dan buka suara adalah dirinya, akan tetapi ketika Yai Mim yang angkat bicara, justru dukungan besar berbalik pada Yai Mim.

Poin saya disini adalah bagaimana pengguna media sosial di negara kita ini mudah menghakimi ketika mendapatkan informasi, baik itu informasi salah atau benar yang terpenting adalah mereka menghakiminya terlebih dahulu. Bahkan sekarang dimana banyak sekali video atau foto AI, nah masih banyak orang yang menelan mentah mentah apa yang mereka terima. Hal ini juga menjadi salah satu hal kenapa di negara kita ini mudah disusupi provokator.

Selain daripada itu, saya juga menyoroti kinerja aparat hukum yang mana mereka seperti bekerja lambat, "Viral Dulu Baru Bertindak". Dan bukan hanya itu, pasalnya untuk mencari kebenaranpun sepertinya harus viral dulu baru yang benar yang menang. Jadi wajar jika kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum menjadi kurang.

[mu_enrico]

Ada dua hal penting yang ane pahami dari thread ini:
1. Populer/viral belum tentu benar.
Ini terkait kecacatan berpikir "Argumentum ad Populum" yang menganggap kebenaran itu bergantung jumlah orang yang mempercayainya. Padahal, mau sedikit yang percaya juga kalau fakta tetaplah fakta, dan sebaliknya.

2. Populer/viral adalah cara menarik perhatian
Ya inilah peran media sosial yang menjadi pengganti media mainstream yang sudah tidak lagi relevan akibat lambat dan korup. Dulu berita dipegang media mainstream sehingga centralized, sehingga bisa terjadi penyensoran berita karena kemauan penguasa. Sekarang? Selama internet masih bebas dan belum dibatasi pemerintah, media sosial bisa berperan untuk mengawasi penguasa.

Memang ada dampak buruk ketika ada berita viral yang salah. Akan tetapi, IMO, hal ini masih lebih baik daripada ada "gatekeeper" terpusat yang menentukan berita x atau y yang dipublikasikan. Lebih baik bebas dipublikasi, kalau salah tinggal ada ralat, factchecking, klarifikasi, dsb.

[Renampun]

Jadi intinya adalah jangan terlalu gampang buat percaya terhadap segala sesuatu yg ada di social media karena belum tentu itu adalah kejadian yg sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yg dimunculkan di social media itu hanyalah sebuah narasi yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini orang banyak, padahal kenyataannya tidak demikian, bisa saja fakta di lapangan itu berbeda 180 derajat dengan apa yg dikatakan di social media.

jadi ada baiknya sebelum menanggapi suatu hal yg ada di social media, kita perlu untuk memeriksa sumber informasinya terlebih dahulu dan melihat dari berbagai sudut pandang, jangan asal langsung menyimpulkan suatu masalah dan menghakimi pihak lain tanpa paham masalah sebenarnya.

[pusaka]

Jadi intinya adalah jangan terlalu gampang buat percaya terhadap segala sesuatu yg ada di social media karena belum tentu itu adalah kejadian yg sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yg dimunculkan di social media itu hanyalah sebuah narasi yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini orang banyak, padahal kenyataannya tidak demikian, bisa saja fakta di lapangan itu berbeda 180 derajat dengan apa yg dikatakan di social media.

jadi ada baiknya sebelum menanggapi suatu hal yg ada di social media, kita perlu untuk memeriksa sumber informasinya terlebih dahulu dan melihat dari berbagai sudut pandang, jangan asal langsung menyimpulkan suatu masalah dan menghakimi pihak lain tanpa paham masalah sebenarnya.

Di era digital ini memang kita tidak bisa menelan mentah mentah informasi yang beredar, terlebih jika itu ada kaitannya dengan politik yang mana pasti akan ada banyak yang mengambil kepentingan disana. Jika kaitannya dengan politik, mungkin kita sudah mengenal orang orang bayaran yang bertugas untuk menyebarkan informasi dan itu mengarah pada provokasi.

AI juga digunakan sebagai alat propaganda, salah satu hal yang viral dan itu terdeteksi AI ketika pada saat ada video yang beredar dari mantan Mentri Keuangan Sri Mulyani yang mengatakan "guru adalah beban negara", yang pada akhirnya itu menjadi penyebab chaos dan salah satu hal yang menjadi pemicu demo besar beberapa waktu lalu. Kita harus benar benar selektif terhadap informasi yang ada di era ini, sebab sulit sekali membedakan apakah itu real atau fake.

[ndutndut]

Jadi intinya adalah jangan terlalu gampang buat percaya terhadap segala sesuatu yg ada di social media karena belum tentu itu adalah kejadian yg sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yg dimunculkan di social media itu hanyalah sebuah narasi yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini orang banyak, padahal kenyataannya tidak demikian, bisa saja fakta di lapangan itu berbeda 180 derajat dengan apa yg dikatakan di social media.

jadi ada baiknya sebelum menanggapi suatu hal yg ada di social media, kita perlu untuk memeriksa sumber informasinya terlebih dahulu dan melihat dari berbagai sudut pandang, jangan asal langsung menyimpulkan suatu masalah dan menghakimi pihak lain tanpa paham masalah sebenarnya.

Di samping itu juga kesalahan banyak pengguna sosial medai karena kurangnya literasi membaca, ini yang membuat sebuah berita cepat viral karena mereka hanya membaca judul saja tanpa membaca isi dari berita yang sebernarnya dan platfrom berita juga terkadang memang sengaja membuat berita yang kontroversi. Ada banyak kasus seperti itu kalau kita lihat fenomena kasus yang cepat viral di indonesia dan ya yang viral belum tentu benar itulah penting selalu croschek sebelum membagikan ke media sosial. Nasehat untuk kita semua, selalu berhati-hati dalam membagikan sesuatu karena tidak semua yang kita dengar atau baca itu benar. Terkadang tanpa sadar kita menyebarkan fitnah hanya kerana tidak menyabarkan kealihan beritanya.

Kalau mengenai polisi dalam mengangani sebauh kasus itu sudah tidak kaget lagi, karena dari dulu polisi saat menangani sebuah kasus bisa di katakan tidak pernah adil. Polisi akan menangani kasus dengan cepat bagi mereka yang banyak duit. Sedangkan kasus orang yang gak berduit biasanya mereka sangat lambat bahkan kasusnya berhenti dengan alasan kurangnya bukti. Inilah fakta hukum di negara kita, dalam dalam hal mengekakan hukum memiliki kemundaran. Ini juga yang membuat citra polisi saat ini ketika viral dulu baru mereka bertindak, karena masayrakat sudah tidak percaya lagi dengan penengak hukum di indonesia jadi semua kasus harus di viralkan dulu.

[Nahl]

Informasi dari sosial media itu banyak sekali yang salah dan kalau kita tidak jeli dalam melihatnya maka kita akan terjebak oleh kebenaran yang dimanipulasi apalagi sekarang sudah ada AI dan dari sini banyak orang yang mengedit atau memotong sebuah video demi menjadi viral dan akibatnya apabila orang awam melihat video tersebut maka mereka mengira itu benar-benar terjadi walaupun itu cuma rekayasa video

Untuk aparat kita yang seolah-olah lambat dalam menangani sebuah kasus memang ini sudah terjadi sejak dahulu dan saya rasa semua orang disini sudah tahu itu tetapi mungkin perbedaannya sekarang adalah kalau mau cepat selesai memang salah satu cara supaya mereka cepat tanggap dan merespon adalah mem viral kan sebuah kasus karena otomatis itu akan mendorong mereka untuk menyelesaikan kasus tersebut secepat mungkin

[khiholangkang]

Ada dua hal penting yang ane pahami dari thread ini:
1. Populer/viral belum tentu benar.
Ini terkait kecacatan berpikir "Argumentum ad Populum" yang menganggap kebenaran itu bergantung jumlah orang yang mempercayainya. Padahal, mau sedikit yang percaya juga kalau fakta tetaplah fakta, dan sebaliknya.

2. Populer/viral adalah cara menarik perhatian
Ya inilah peran media sosial yang menjadi pengganti media mainstream yang sudah tidak lagi relevan akibat lambat dan korup. Dulu berita dipegang media mainstream sehingga centralized, sehingga bisa terjadi penyensoran berita karena kemauan penguasa. Sekarang? Selama internet masih bebas dan belum dibatasi pemerintah, media sosial bisa berperan untuk mengawasi penguasa.

Memang ada dampak buruk ketika ada berita viral yang salah. Akan tetapi, IMO, hal ini masih lebih baik daripada ada "gatekeeper" terpusat yang menentukan berita x atau y yang dipublikasikan. Lebih baik bebas dipublikasi, kalau salah tinggal ada ralat, factchecking, klarifikasi, dsb.

Yang viral bisa saja rekayasa yang sengaja dibuat untuk memprovokasi atau mendoktrin atau meningkatkan atensi saja demu sebuah penayangan atau promosi yang faktanya belum benar, ingat kalimat bahwa kebohongan yang terorganisir akan mengalahkan kebenaran, dan memang benar bahwa dengan viral juga bisa menemukan perhatian yang sebenarnya tidak di perhatikan oleh publik yang bisa jadi permasalahan yang besar dan publik bisa menilai.

dalam kasus ini penting untuk di jadikan sebuah pembelajaran, apapun yang viral perlu di pelajarai lebih lanjut dan di jadikan sebagai bahan yang penting untuk di kaji apalagi terjait isus-isu penting, jangan mudah terprovokasi sebagai masayarakat yang menjunjung tinggi literasi.

hanya saja di konoha ini minim literasi dan masih bisa memakan tagline saja kemudian berkomentar tanpa membaca lebih lanjut.

[topbitcoin]

Maka dari hal ini saya tidak berani menyimpulkan apapun yang ada di media sosial karena terkadang situasinya bisa saja menipu dimana ketika sifat manipulatif datang dan netizen kita yang selalu mudah terpancing dengan gorengan remeh maka jelas situasinya bahkan bisa saja membuat perpecahan sehingga tidak salah jika media sosial bisa dijadikan sebagai sebuah senjata ampuh untuk melumpuhkan dengan cepat sekaligus menjadi alat untuk penyebaran hoax juga dengan cepat.

Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini media sosial masih menjadi salah satu hal yang sangat ampuh jika digunakan dengan benar tetapi disatu sisi ini juga bisa menjadi pisau bermata dua karena sangat mudah sekali orang-orang terprovokasi oleh hal seperti ini sekalipun gorengannya terlihat sampah.
Kasus yang dibahas OP menjadi bukti dan sebenarnya ini bukan kali pertama banyak orang ditipu ramai-ramai seperti ini karena banyak sekali kasus gorengan seperti ini yang sebenarnya kecil tetapi di besarkan hanya karena ingin mencari simpatik atau bisa saja menutupi sesuatu hal besar agar menjadi pengalihan isu.

[jcojci]

Setuju dengan Om semua. Yang viral terkadang malah hanya menunjukkan aib diri sendiri tanpa disadari sehingga publik akan menilai bagaimana sebenarnya orang tersebut. Kasus Yai Min dan Sahara sudah menjadi konsumsi publik dan terus diplintir tapi semoga saja ada happy endingnya dan tidak ada sad ending walaupun mungkin akan tetap ada.

Tapi mereka yang komen di media sosial seringkali juga tidak memikirkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi sehingga sering terjadi salah paham. Ini yang berbahaya karena bisa memicu persoalan lainnya. Saya ingat dulu hanya karena salah paham, seseorang sampai bisa mendatangi orang lain dan menantang duel.

Itu sudah tidak dibenarkan karena mereka seharusnya bisa duduk bareng, ngopi bareng, sambil ketawa ketiwi dan akhirnya tidak jadi ribut. Berhati-hatilah dalam membaca berita viral di media sosial. Jangan terlalu dibawa ke hati

[junder]

Jadi intinya adalah jangan terlalu gampang buat percaya terhadap segala sesuatu yg ada di social media karena belum tentu itu adalah kejadian yg sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yg dimunculkan di social media itu hanyalah sebuah narasi yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini orang banyak, padahal kenyataannya tidak demikian, bisa saja fakta di lapangan itu berbeda 180 derajat dengan apa yg dikatakan di social media.

jadi ada baiknya sebelum menanggapi suatu hal yg ada di social media, kita perlu untuk memeriksa sumber informasinya terlebih dahulu dan melihat dari berbagai sudut pandang, jangan asal langsung menyimpulkan suatu masalah dan menghakimi pihak lain tanpa paham masalah sebenarnya.

tapi di era digital sekarang memang banyak orang yang mudah terpengaruh dan percaya pada apa yang dilihatnya dari gadget yang dimilikinya sendiri, apalagi pada kalangan orang tua yang kurang dalam pemahaman sebuah video. Saya pernah mengalami dimana ada orang tua yang heboh dengan video yang dilihatnya sedangkan ketika saya melihatnya itu jelas hanya sebuah editan saja, perbedaannya ada pada hal seperti ini dimana beberapa orang masih mudah mempercayai apa yang dilihatnya tanpa memahaminya secara baik terlebih dulu. Media sosial atau era digital banyak membantu tapi kadang bisa menjadi sebuah sumber permasalahan juga.

[BigBos]

Jadi intinya adalah jangan terlalu gampang buat percaya terhadap segala sesuatu yg ada di social media karena belum tentu itu adalah kejadian yg sebenarnya terjadi, bisa jadi apa yg dimunculkan di social media itu hanyalah sebuah narasi yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini orang banyak, padahal kenyataannya tidak demikian, bisa saja fakta di lapangan itu berbeda 180 derajat dengan apa yg dikatakan di social media.

jadi ada baiknya sebelum menanggapi suatu hal yg ada di social media, kita perlu untuk memeriksa sumber informasinya terlebih dahulu dan melihat dari berbagai sudut pandang, jangan asal langsung menyimpulkan suatu masalah dan menghakimi pihak lain tanpa paham masalah sebenarnya.

tapi di era digital sekarang memang banyak orang yang mudah terpengaruh dan percaya pada apa yang dilihatnya dari gadget yang dimilikinya sendiri, apalagi pada kalangan orang tua yang kurang dalam pemahaman sebuah video. Saya pernah mengalami dimana ada orang tua yang heboh dengan video yang dilihatnya sedangkan ketika saya melihatnya itu jelas hanya sebuah editan saja, perbedaannya ada pada hal seperti ini dimana beberapa orang masih mudah mempercayai apa yang dilihatnya tanpa memahaminya secara baik terlebih dulu. Media sosial atau era digital banyak membantu tapi kadang bisa menjadi sebuah sumber permasalahan juga.

Di negara kita ini edukasi tentang penggunaan media sosial masih sangat minim menurut saya, terbukti dengan banyak kasus yang berasal dari media sosial. Saya tidak akan melihat contoh yang jauh dari saya, sebab ada banyak sekali di lingkungan saya, terutama orang yang saya kenal tidak bijak dalam menggunakan media sosial. Tidak jarang juga itu menjadi tempat untuk saling menyindir satu sama lain, sedangkan apakah mereka tidak tahu bahwa disana tempat orang asing berkumpul dan menjadi tahu masalah mereka?

Media sosial memiliki dua sisi yang bisa berdampak positif dan bisa berdampak negatif, ini tergantung seseorang menggunakannya seperti apa.

Tidak jarang juga orang yang tidak bertanggung jawab menggunakan media ini sebagai alat untuk kepentingan mereka sendiri, viral=uang. Mereka tidak peduli dengan apapun yang penting mereka mendapatkan keuntungan dari sana.

[Juse14]

kalau boleh saya mengutip lirik lagu maka saya akan mengutip penggalan lirik lai dari Ikhsan Skuter bahwa memang pada saat ini "koran mengais berita yang tidak penting" yang penting laku dan viral, dan bodohnya masyarakat, mereka mudah termakan oleh berita semacam itu tanpa memvalidasi terlebih dahulu mengenai keberannya.

Dan mengapa mereka bisa mudah percya dengan hal hal yang viral, itu karena "kebenaran yang tidak teroganisir akan kelah oleh kejahatan yang teroragnisir" karena yang namanya viral itu bisa datur dan dibuat.

Dan kalau kata kaka slank "tong kosong nyaring bunyinya", kebanyakan dari netizen konoha itu memiliki sumbu pendek, mudah terpengaruh dan terpancing emosi oleh hal hal yang belum tentu kebenarannya. Mereka hanya modal bacot tanpa ada isinya, dan menghakimi seseornag dengan seenkanya tanpa dasar yang jelas. Sementara ketika dilempar fakta yang sebenarnya, mereka hilang entah kemana.

[mu_enrico]

Yang viral bisa saja rekayasa yang sengaja dibuat untuk memprovokasi atau mendoktrin atau meningkatkan atensi saja demu sebuah penayangan atau promosi yang faktanya belum benar, ingat kalimat bahwa kebohongan yang terorganisir akan mengalahkan kebenaran, dan memang benar bahwa dengan viral juga bisa menemukan perhatian yang sebenarnya tidak di perhatikan oleh publik yang bisa jadi permasalahan yang besar dan publik bisa menilai.
..dst...

Betul gan kalau ada rekayasa seperti ini bisa membuat kebohongan menjadi sebuah kebenaran, tetapi kebebasan masih lebih baik karena orang bebas memilih apa yang ingin dia percayai, dan nantinya akan ada debat/diskusi yang terjadi. Sedangkan model "menteri penerangan" alias gate keeper yang hanya dari mereka lah berita bisa disiarkan akan membuat hal-hal yang nyata-nyata bohong akan dipercayai sepenuhnya. Inilah yang terjadi di Korea Utara, misal:
- Kim Jong Il bisa melakukan teleportasi
https://en.wikipedia.org/wiki/The_General_Uses_Warp

- Kim Jong Un bisa mengendalikan cuaca, dsb.
https://www.usatoday.com/story/news/world/2017/12/11/not-even-north-koreas-kim-jong-un-can-control-weather/939609001/

Terkait minim literasi dsb ya orang seperti itu akan ada di permasalahan-permasalahan lainnya, dan harusnya akan hilang ketika peradaban Konoha sudah semakin maju.

[traderethereum]

Intinya jangan mudah percaya dengan berita yang beredar di media sosial karena sekarang ini sudah terlalu banyak orang-orang yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam mengunggah berita, info, atau capture.

Mereka tidak memikirkan dampak atau akibat dari apa yang mereka lakukan, yang penting mereka bisa terpuaskan dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akibatnya dipikir belakangan atau mereka memang sengaja menyebarkan berita-berita, info-info atau lainnya yang tidak jelas.

Kita sendiri yang harus memverifikasi info tersebut dengan mencari berita lainnya. Sebaiknya kita bersikap netral jika melihat berita-berita viral. Dengan kebebasan berbicara atau memberikan info ini membuat masyarakat untuk tidak grasa grusu dalam mempercayai beritanya. Apalagi tidak ada penyaringan yang bisa membuat kita salah paham.

Biasanya berita yang ingin diviralkan itu menggunakan judul yang membuat orang-orang penasaran sehingga mereka akan langsung melihatnya. Ini yang harus bisa kita pahami dan sikapi dengan benar.

[joniboini]

Poin saya disini adalah bagaimana pengguna media sosial di negara kita ini mudah menghakimi ketika mendapatkan informasi, baik itu informasi salah atau benar yang terpenting adalah mereka menghakiminya terlebih dahulu.

Keknya ini ga ekslusif di Indo doang deh. Ane sering lihat video kasus" tertentu mau di Korsel, Jepang, China, US juga sering kejadian viral yang ternyata faktanya bisa mengubah semua narasi yang dipush sama oknum tertentu jadi salah. Malah lebih sering itu ujungnya debat kusir antara grup A ama grup B, atau malah C, yang udah percaya sama teori mereka sendiri dan fakta" baru ditwist atau dimaknai sesuai kepentingan mereka sendiri. Jadinya makin ga jelas mana yang fakta mana yang opini. Keknya pengguna internet harus sadar hal kaya gini bakal terjadi dimana saja, mau negara mereka tertinggal atau maju sekalipun. Belum lagi kemungkinan narasai" ini sengaja dibikin sama agensi tertentu untuk kepentingan espionase. CMIIW.