PDIP justru mengajukan Pramono Anung - bang Doel dan Ahok lah yang mengantarkan paslon ini waktu daftar ke KPU.
Agak sedikit kaget juga kenapa PDIP malah milih Pramono Anung karena setau ane beliau ini kurang begitu terkenal khususnya buat kalangan gen Z.
Ane belum tau bagaimana elektabilitasnya tapi ane pikir RK pasti punya elektabilitas lebih tinggi dari Pramono Anung.
Mungkinkah ada strategi2 tertentu yang dipakai PDIP atau ada rencana2 lain dibalik keputusan tidak memilih Ahok yang adalah kader militan.
Kalau hasil analisa saya, PDIP ini lebih memakai strategi idiologis dibanding dengan elektabilitas. Saya yakin mereka sudah mengkalkulasikan matang-matang jika memilih Anis maju di Jakarta sudah pasti akan menang. Namun, apakah kemenangan tersebut bagus buat partai?, saya rasa tidak, betul mereka pasti dapat keuntungan besar jika menang mengusung anies, namun untuk partai sendiri, pengkaderan yang sudah mereka rintis sejak partai didirikan tidak akan jalan lagi, dan itu bisa membuat kehancuran partai itu sendiri (contohnya Golkar). Di sisi lain, kalau pun anies jadi kader PDIP, belum tentu juga akan loyal, contohnya saja Jokowi yang telah meninggalkan PDIP di akhir masa jabatannya. Artinya ada trauma yang sangat mendalam bagi PDIP dan Megawati untuk mengusung orang yang hanya sekedar mendompleng nama besar PDIP.
PDIP juga serta merta tidak mengedepankan Pramono, tapi si Rano Karno yang notabene artis, dan namanya sudah sangat terkenal diseluruh Jakarta (sebagai orang betawi asli). Pramono itu cuma sebagai pajangan saja, aslinya untuk elektabilitas, PDIP lebih mengedepankan si doel. Saya yakin masyarakat jakarta akan mencoblos rano, sama kayak halnya komeng yang menang tanpa kampanye yang signifikan, karena si rano karno punya modal nama dan juga ada pengalaman di banten yang dekat dengan jakarta, sedangkan Pramono cuma dompleng nama di doel.