Adiksi Sosial Media Pada Anak

[jarangoyang0]

*Thread ini hanya pemikiran saya secara pribadi sih, dari melihat keadaan lingkungan sekitar, jadi mohon maaf jika ada kesalahan, dan tidak ada maksud menggurui atau sotau.

Pesti kita sudah sering melihat, sorang anak duduk santay berdiam diri sambil megang hp, entah itu dirumah, di tempat makan, di halte, atau ditempat umum lainnya ?. Saya sering melihat ada sebuah keluarga kecil ditempat makan, yang dimana sang ibu dan ayah asik makan dan mengobrol sedangkan si anak dibiarkan asik sendiri dengan gadget yang dia pegang. Entah dia bermain game, Menonton video, atau hanya sekedar melihat konten random yang ada disosial media.

Berdasarkan salah satu penelitian yang d dimana sekitar lebih dari 87% anak-anak di Indonesia sudah dikenalkan media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun.  Dan ada sekitar 92% anak-anak dari keluarga berpenghasilan di bawah, mengenal media sosial lebih dini lagi.

( sumber : https://mediaindonesia.com/ )

Di era digital ini, kehadiran media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Meskipun media sosial dapat memberikan manfaat dalam hal konektivitas dan pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa adiksi terhadap media sosial dapat memiliki dampak yang serius, terutama pada perkembangan anak-anak.

Yang penting anak anteng aja diem, ga rewel, jadi gamasalah lah ya. Tapi lama kelamaan itu akan menjadi kebiasaan / menjadi adiksi secara jangka panjang, beberapa dampak Negatif Adiksi Sosial Media Pada Anak

Gangguan Perkembangan Sosial dan Emosional
Anak-anak yang terlalu banyak terpaku pada media sosial cenderung mengalami gangguan dalam interaksi sosial langsung. Mereka mungkin kesulitan membangun keterampilan komunikasi yang sehat dan empati terhadap orang lain. Pernah liat kan ada anak yang langsung nangis atau lebih parahnya sampai ngamuk ga karuan ketika gadgetnya diambil ?.

Masalah Kesehatan Mental
Adiksi sosial media dapat berkontribusi pada peningkatan stres, kecemasan, dan depresi pada anak-anak. Berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan yang berlebihan dapat merusak kesehatan mental mereka. Dimana kebanyakan media sosial menampilkan hal-hal yang sangat wah, sangat baik-baik saja dan sangat keren, sehingga anak sering kali membandingkan atau merasa kenapa saya tidak seperti dia (Influencer) dan timbul kecemasan serta ketidak percayaan diri.

Kurangnya Aktivitas Fisik
Kalau dulu kita sering dimarahin sama orang tua karena keseringan main diluar, sekarang kebalik, anak-anak cenderung lebih suka diam dirumah bersama gadgetnya. Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar media sosial cenderung kurang aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti obesitas dan penyakit terkait.

Faktor-faktor yang Mendorong Adiksi Sosial Media pada Anak

Faktor Psikologis
Dorongan untuk mendapatkan perhatian atau validasi dari teman sebaya atau bahkan dari orang dewasa dapat mendorong anak untuk terus menggunakan media sosial. Dulu kita juga sering gini, kaya menyombongkan hal yang kita bisa keorang lain ataupun sodara, cuman sekarang yang ditunjukin kebanyakan hal yang kurang senonoh ( joget-joget seksi contohnya )

Desain Platform
Fitur-fitur seperti notifikasi yang terus-menerus dan algoritma yang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna juga berperan dalam meningkatkan risiko adiksi pada anak-anak. Dulu ( sampai sekarang ) Jika kita membuka Facebook, atau Twitter ( X ) kita harus memasukan kata kunci untuk mencari hal menarik, berbeda dengan TikTok/Instagram/Youtube Short, algoritma telah menyusun nya secara otomatis untuk mencarikan apa yang sering kita lihat.

Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Anak-anak yang tidak mendapatkan pengawasan yang cukup dari orang tua mereka terhadap penggunaan media sosial cenderung lebih rentan terhadap adiksi. Dan sayang nya ini merupakan faktor kunci dari semuanya.

Mulai dari sekarang, sebaiknya orang tua mulai melakukan perlu memberikan edukasi kepada anak-anak mereka tentang bahaya adiksi media sosial dan pentingnya menggunakan teknologi secara sehat. Menetapkan batasan waktu yang jelas untuk penggunaan media sosial dan memastikan bahwa waktu tersebut dihabiskan untuk aktivitas yang lebih bermanfaat secara fisik dan mental. Orang tua perlu terlibat aktif dalam mengawasi aktivitas media sosial anak-anak mereka dan memberikan bimbingan yang diperlukan. Mendorong anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan fisik dan sosial di luar ruangan untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial.

Jadi Adiksi sosial media pada anak-anak bukanlah masalah yang bisa dipandang sepele. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak negatifnya dan upaya preventif yang tepat, kita dapat membantu melindungi generasi masa depan dari risiko yang tidak diinginkan akibat penggunaan yang tidak terkendali terhadap media sosial. Orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang.

Masukan, share pengalaman, atau cara pandang yang berbeda sangat saya hargai, jangan sungkan untuk menuliskan opini nya ya

[bbarisme]

Kayanya sekarang adiksi sosial media bukan hanya terjadi pada anak-anak, tapi orang dewasa juga. Mungkin saja anak-anak menjadi seperti itu karena ada contoh langsung dari orang tua yang selalu mereka lihat. Jadi sebagai orang tua, bukan hanya menyuruh anak nya untuk membatasi bermain sosial media, tetapi mencontohkan secara langsung dan mengajak anak untuk melakukan aktifias-aktifitas diluar ruangan bersama-sama.

[joniboini]

Sayangnya kalau orang tua sendiri ga punya kesabaran dalam mendidik anak sosial media atau teknologi malah cenderung dipilih biar anak mereka ga rewel dan risiko adiksi dst ga pernah terpikirkan sama sekali. Kalau di lingkungan ane hal kaya gini banyak terjadi di orang tua yang punya anak di usia muda (dibawah 25 misalnya), sementara kerjanya masih serabutan atau harus nyambi ini itu jadi waktu untuk mendidik anak jadi dikit. Kalau anak rewel kebawa emosi jadinya mengambil jalan pintas dengan memberikan gadget dst.

Kalau meihat di sosmed malah udah ada yang nanya gimana cara mengurangi ketergantungan sama sosmed, cuma ya di board/forum sosmednya itu sendiri jadi agak percuma juga. Plus kalau lingkungan mereka ga mendukung (anak" lain juga kebanyakan lihat HP aja) termasuk jadi masalah baru itu nanti.

[mu_enrico]

Yang penting diajarin self-control aja sih biar ga overdosis mau itu main game, sosmed, youtubean, dsb. Ingat kalau jaman udah berubah jadi orang yang tua (bukan hanya orang tua) tidak bisa membandingkan dengan generasi dia di mana PC aja jarang yang punya, atau bahkan TV cuma ada TVRI kalau dia lebih tua lagi. Jaman udah berubah di mana anak pasti pegang device. Banyak fitur yang orang tua harus pelajari ketika memberikan device yaitu parental control untuk membatasi akses.

Intinya secara teknis teknologi bisa berubah, tapi pada intinya didikan inti (ideologi, benar salah, dsb) harus bener sehingga dalam menggunakan teknologi tidak salah, dan tidak berakibat ke pemahaman yang salah. Aktivitas fisik juga dibiasakan untuk olahraga seminggu sekali paling tidak. Kalau itu sudah diterapkan maka ane yakin orang tua tidak perlu paranoid.

[lembang]

Plus kalau lingkungan mereka ga mendukung (anak" lain juga kebanyakan lihat HP aja) termasuk jadi masalah baru itu nanti.

Masalah yang sering dialami orang-orang itu, nyuruh anaknya main sama temen-temen, eh sama temen-temennya malah jadi main gadget barengan juga akhirnya, entah untuk bermain game, atau pada sibuk dengan sosmed pribadi, ya meskipun sedikit ada sisi positifnya, soalnya bisa berinteraksi secara langsung sama manusia .

[Furious 7]

Tidak bisa dipungkiri memang untuk saat ini sangat sulit untuk menghentikan hal seperti ini karena pada akhirnya ini terjadi juga untuk semua kalangan, tidak hanya untuk anak kecil saja dan itu juga saya rasakan untuk saat ini karena melihat dari aktivitas yang saya lakukan sekarang sepertinya saya sulit untuk terlepas dari hp karena memang selain untuk keperluan hal ini juga sudah menjadi sebuah adiksi dan tentu ini sedikit sulit untuk dihentikan karena sudah menjadi kebiasaan.
Hanya saja memang kita sebagai orang tua mungkin lebih bisa mengenal batasan dibanding dengan anak-anak yang menginjak usia remaja atau di usia belia. Tidak bisa dipungkiri memang hal ini sulit karena sampai sekarang gadget sudah sangat sulit untuk dilepaskan dan tidak mungkin kita hanya memegang gadget jika tidak berhubungan dengan sosial media karena bagaimanapun yang membuat gadget begitu penting adalah kita tidak bisa terlepas dari sosial media sehingga kita menjadi terasa ada kekurangan ketika tidak membuka hal itu.
Meskipun memang ini tidak akan terlalu baik jika terus dilakukan tetapi sulit untuk menghentikan dan memang sepertinya itu tidak bisa tetapi kita masih bisa memberi tahu dengan memberikan batasan waktu atau pengertian bahwa pada akhirnya terlalu berkutat dengan layar di gadget atau di PC yang menjadi sarana untuk media sosial pada akhirnya tidak terlalu baik untuk perkembangan sehingga harus bisa meminimalisir agar tidak menimbulkan dampak yang lebih serius pada akhirnya.

[MiauKitchen]

Hal seperti yang agan katakan ini memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di semua kalangan entah kalangan atas mau pun kalangan bawah,hal seperti ini memang sudah sering kita jumpai betul kata agan juga bahkan banyak terjadi di mana-mana bahkan seperti ditempat umum juga,ini menurut pandangan saya sih ya untuk di jaman digitalisasi siapa sih yang tidak punya smartphone atau Android yang mana sudah dilengkapi dengan kecanggihan yang  orang tua  atau orang dewasa mempunyai smartphone ini bukan hal yang wah untuk saat ini,nah disaat para orang tua mempunyai semacam smartphone ini otomatis dong si anak juga ikut menyaksikan para orang tua nya bermain smartphone tersebut dengan rasa penasaran yang tinggi kan anak-anak itu seperti ini rasa ingin tau nya tinggi mulai lah dia bertanya-tanya dan sesekali juga ikut memainkan smartphone tersebut dan pada akhirnya nya si anak mulai nyaman nih sama smartphone dan untuk si orang tua nya untuk beberapa hari masih mengijinkan nih si anak bermain smartphone nah sari situ karena timbul rasa nyaman sama smartphone dan si anak mulai melupakan mainan nya sendiri (karena pertamanya si anak ini tidak suka sama sekali bermain smartphone), karena jujur ya epek dari smartphone untuk si anak ini banyak sekali mulai dari positif dan negatif nya juga ada karena menurut saya smartphone mempunyai sipat kecanduan tidak hanya untuk anak-anak orang dewas pun untuk saat ini tidak bisa jauh-jauh dari yang nama nya smartphone ini.
Miris memang keadaan jaman saat ini itu tapi kita sebagai orang tua Jika sudah melihat tanda-tanda anak-anak kita mulai nyaman dengan smartphone kita sebagai orang tua bisa segera mengambil tindakan dengan cara perlahan-lahan mengalihkan nya ke hal yang lain secara pelan-pelan saya yakin dan percaya anak-anak bisa terhindar dari smartphone yang berlebihan asalkan kita sabar dan tlaten untuk memberikan sikap yang tidak membuat si anak marah, karena miris nya anak-anak yang usianya masih dibawah 7 tahun juga tidak mau bermain smartphone dengan keadaan tidak ada datanya ini yang lebih miris lagi maka dari itu sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebagai orang tua harus cepat memberikan sikap yang tegas untuk anak-anak kita supaya tidak terjadi hal-hal yang kita inginkan terjadi.

[jarangoyang0]

Kayanya sekarang adiksi sosial media bukan hanya terjadi pada anak-anak, tapi orang dewasa juga. Mungkin saja anak-anak menjadi seperti itu karena ada contoh langsung dari orang tua yang selalu mereka lihat. Jadi sebagai orang tua, bukan hanya menyuruh anak nya untuk membatasi bermain sosial media, tetapi mencontohkan secara langsung dan mengajak anak untuk melakukan aktifias-aktifitas diluar ruangan bersama-sama.

Bener gan, cara mendidik anak yang paling mudah adalah dengan mencontohkannya. 

Sayangnya kalau orang tua sendiri ga punya kesabaran dalam mendidik anak sosial media atau teknologi malah cenderung dipilih biar anak mereka ga rewel dan risiko adiksi dst ga pernah terpikirkan sama sekali. Kalau di lingkungan ane hal kaya gini banyak terjadi di orang tua yang punya anak di usia muda (dibawah 25 misalnya), sementara kerjanya masih serabutan atau harus nyambi ini itu jadi waktu untuk mendidik anak jadi dikit. Kalau anak rewel kebawa emosi jadinya mengambil jalan pintas dengan memberikan gadget dst.

Kalau meihat di sosmed malah udah ada yang nanya gimana cara mengurangi ketergantungan sama sosmed, cuma ya di board/forum sosmednya itu sendiri jadi agak percuma juga. Plus kalau lingkungan mereka ga mendukung (anak" lain juga kebanyakan lihat HP aja) termasuk jadi masalah baru itu nanti.

Faktor ekonomi memang sulit untuk dihindari, seperti yang kita ketahui banyak sekali anak artis atau orang yang bisa disebut finansial stabil, cenderung memberikan screen time kepada anak-anak mereka , bahkan para penemu sosial media itu sendiri, melarang anak nya untuk mnenggunakan sosial media tersebut. Jika sosial medianya digunakan untuk hal-hal positif sih rasanya tidak terlalu masalah, kaya membuat forum untuk saling berdiskusi.

[Juse14]

Jika dulu anak-anak menangis karena ingin dibelikan mainan, sekarang mereka menangis karena ingin dibelikan handphone, dan jika dulu anak merengek karena ingin karena ingin dibelikan jajan, kini mereka menangis karena ingin dibelikan kuota.

Cukup sulit untuk bisa memisahkan mereka dengan handphone, karena sejak dini mereka sudah dicekok oleh handphone, dimana ketika mereka menangis bukannya diajak bermain atau jalan-jalan, akan tetapi untuk menenangkannya orangtua meberikannya handphone. Begitulah realita yang terjadi pada saat ini. Sehingga bukan hal yang mengjerankan lagi, bahwa banyak diantara mereka para anak-anak yang masih dibawah umur yang menghabiskan keseharianya itu hanya dengan bermain handphone, entah itu bermain game, media sosial ataupun yang lainnya.

[GoldMagic]

Kayanya sekarang adiksi sosial media bukan hanya terjadi pada anak-anak, tapi orang dewasa juga. Mungkin saja anak-anak menjadi seperti itu karena ada contoh langsung dari orang tua yang selalu mereka lihat. Jadi sebagai orang tua, bukan hanya menyuruh anak nya untuk membatasi bermain sosial media, tetapi mencontohkan secara langsung dan mengajak anak untuk melakukan aktifias-aktifitas diluar ruangan bersama-sama.

Memang bisa jadi gan seperti itu seperti nya peranan dari orang tua juga memang berpengaruh dan bisa saja anak-anak juga menycontoh  atau meniru orang dewasa atau orang tua nya sendiri. langsung

[joniboini]

Sehingga bukan hal yang mengjerankan lagi, bahwa banyak diantara mereka para anak-anak yang masih dibawah umur yang menghabiskan keseharianya itu hanya dengan bermain handphone, entah itu bermain game, media sosial ataupun yang lainnya.

Kayaknya emang trend banget entah di kelas bawah atau mengenah ke atas ya. Bahkan di komunitas yang ane aktif sekalipun istilah touch grass entah sejak kapan sering dipake. Walau targetnya lebih ke remaja sih daripada anak", tapi ga bisa dipungkiri anak" sekalipun masuk dalam target aplikasi sosmed, game dkk. Agak miris juga karena seolah kegiatan remaja/anak" kalau ga sekolah, kerja sidejob, adalah aktif di sosmed/game.

[mu_enrico]

Jika dulu anak-anak menangis karena ingin dibelikan mainan, sekarang mereka menangis karena ingin dibelikan handphone, dan jika dulu anak merengek karena ingin karena ingin dibelikan jajan, kini mereka menangis karena ingin dibelikan kuota.

Sama aja sih mainan, cuma beda bentuknya, dulu fisik dan sekarang digital.
Mungkin bedanya dulu mainan cepet bosen jadi ga bisa seharian main robot2an dan mobil2an, tapi sekarang bisa seharian main game karena addicting. Makanya peran orang tua untuk membatasi itu ada, ya sama kek dulu kalo udah sore si anak dicari ga ada, eh emaknya nyamperin trus ngejewer suruh pulang

bahkan para penemu sosial media itu sendiri, melarang anak nya untuk mnenggunakan sosial media tersebut.

Ini referensinya mana? Jangan cuma "trust me bro"

[maydna]

Anak-anak di bawah usia 10 tahun sudah dikenalkan dengan hape dengan menunjukkan video-video yang ada di Youtube atau TikTok. Dan ketika mereka tidak diizinkan untuk melihat hape, mereka menjadi tantrum dan nangis kejer-kejer. Jika tidak ada kesadaran dari orang tuanya bahwa anaknya sudah menjadi kecanduan hape, hal itu akan terus berlangsung sampai mereka remaja. Sekarang kita bisa melihat ada banyak anak-anak yang terlihat sibuk dengan hapenya padahal mereka sedang bersama teman-teman atau keluarganya.

Pengawasan orang tua yang kurang membuat anak-anak merasa bahwa hape adalah dunianya dan tidak ada yang penting selain hape. Itu membuat mereka melupakan bahwa di sekitar mereka itu ada orang lain yang bisa diajak berbicara, berbagi, atau sekadar berinteraksi lainnya. Tapi mereka sudah menjadi kehilangan minatnya dengan hal-hal real itu. Pengawasan orang tua adalah segalanya karena pribadi anak-anak mereka mulai terbentuk sejak usia dini dan setidaknya orang tuanya bisa menyadari hal ini supaya bisa lebih sering berinteraksi dengan anak-anaknya.

[Naruhima]

Menurut saya tidak salah si anak juga sih karena kadang kala memang dari awal pun si anak yang masih berusia dini malahan masih dibilang balita pun sudah diperkenalkan dengan yang namanya hp oleh orang tua nya sendiri dengan menunjukkan video - video,nah jika sianak beranjak ke umur 4 atau 5 tahun ke atas dan ketagihan bermain hp sampai - sampai si anak tau dan juga dia tidak mau bermain hp jika data nya tidak on(ini sih yang lebih miris lagi),jika tidak di turuti kemauan nya sudah pasti si anak menjadi tantrum bahkan ada yang tantrum parah.
Edukasi saja untuk calon orang tua atau yang sudah menjadi orang tua yang anaknya belum mengenal hp lebih baik jangan sesekali kasih dia kesempatan untuk ber main hp atau sesekali menunjukkan video kepada anak tersebut, jika tidak mau kejadian yang banyak dialami orang tua diluaran sana menimpa anda juga.

[Fara Chan]

Kayanya sekarang adiksi sosial media bukan hanya terjadi pada anak-anak, tapi orang dewasa juga. Mungkin saja anak-anak menjadi seperti itu karena ada contoh langsung dari orang tua yang selalu mereka lihat. Jadi sebagai orang tua, bukan hanya menyuruh anak nya untuk membatasi bermain sosial media, tetapi mencontohkan secara langsung dan mengajak anak untuk melakukan aktifias-aktifitas diluar ruangan bersama-sama.

Yang agan katakan itu memang ada benarnya juga karena guru pertama dari seorang anak itu adalah orang tuanya sendiri sehingga pihak orang tua juga harus memperhatikan dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik didepan anaknya secara langsung karena yang namanya anak kecil akan selalu lebih mudah untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri gan. Selain itu ada juga hal lain yang akan lebih mudah ditiru oleh seorang anak, yaitu perkataan sehingga orang tua juga tidak boleh berkata kasar dihadapan anaknya secara langsung karena hal tersebut juga akan lebih mudah di tiru oleh anaknya sendiri sejak dini karena anak-anak juga lebih sering mengandalkan pendengarannya sebagai media utama dalam meniru apapun gan.

[nara1892]

Plus kalau lingkungan mereka ga mendukung (anak" lain juga kebanyakan lihat HP aja) termasuk jadi masalah baru itu nanti.

Masalah yang sering dialami orang-orang itu, nyuruh anaknya main sama temen-temen, eh sama temen-temennya malah jadi main gadget barengan juga akhirnya, entah untuk bermain game, atau pada sibuk dengan sosmed pribadi, ya meskipun sedikit ada sisi positifnya, soalnya bisa berinteraksi secara langsung sama manusia .

saya rasa sudah bukan hal aneh lagi anak kecil yang bermainpun kini bukan lagi bermain permainan tradisional melainkan meminkan gadget karena disitu ada permainan yang bisa dilakukan secara bersamaan atau yang disebut mabar itu. juga untuk sekarang tidak usah jauh-jauh ke orang lain, pada keluarga sendiri pun kadang ketika anak atau saudara kecil menangis tidak jarang ada orang tua yang memberikannya gadget untuk bermain dan ini cukup efektif untuk membuat anak menjadi tidak nangis lagi namun memang tidak seharusnya mereka diberikan gadget.

anak-anak yang masih kecil yang sudah bermain dengan gadget ada sisi positifinya yang menurut saya mereka bisa menonton video pembelajaran seperti matematika atau lainnya, namun memang mungkin memberikan gadget pada mereka yang masih kecil itu bisa dikatakan lebih besar sisi negatifnya seperti bisa jadi kecanduan bermain game selain itu ada beberapa kasus anak yang memiliki masalah dengan matanya karena terlalu sering bermain gadget dan bahkan ada yang mentalnya terpengaruh, harus ada batasan yang ditetapkan untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

[Raflesia]

Masalahnya memang media sosial saat ini terlalu kompleks dan selalu menjadi candu tidak hanya bagi anak tetapi bagi para orang tua.
Dalam hal ini saya tidak ingin berbicara tentang kehidupan orang lain tetapi untuk diri saya sendiri dan keluarga kecil saya, Saya memiliki seorang anak yang masih terbilang cukup kecil tetapi memang karena kesibukan tuntutan pekerjaan yang saya lakukan saya terkadang kehilangan moment bersama anak saya yang pada akhirnya pola asuhnya menjadi kurang terkontrol meskipun saya tidak menurunkan kasiih sayang yang saya miliki tetapi tidak bisa dipungkiri sebagai orang tua saya bisa dikatakan kurang baik karena kurangnya kontrol dalam pola asuh apalagi untuk anak saya yang masih kecil sehingga terkadang melemparkan kepada gadget atau komputer yang selalu menjadi salah satu cara agar anak tidak rewel.

Ketika ini sudah menjadi kebiasaan justru pada akhirnya ini berdampak kepada pola pikir anak saya yang masih kecil yang justru selalu meminta gadget untuk dimainkan dan menonton media sosial yang membuat emosi dan perkembangan nya sedikit terganggu karena memang tingkat emosional serta hal yang seharusnya tidak dia ketahui untuk usianya justru dia ketahui karena memang selalu menonton di media sosial.

Ini jelas mengganggu tetapi memang untuk saat ini saya lebih konsen kepada anak saya dan sedikit membatasi meskipun tidak bisa sepenuhnya melarang dengan gadget tetapi saya membatasi waktu penggunaan dan lebih sering menjaga dan merubah pola asuh yang saya lakukan. Dampak pada anak terkadang jauh lebih besar untuk penggunaan media sosial apalagi untuk anak yang masih kecil sehingga jangan sampai apa yang terjadi kepada saya dilakukan oleh rekan-rekan karena memang pada akhirnya ini juga menjadi pengalaman untuk saya agar memperlakukan anak dan mengasuh lebih baik lagi dibanding sebelumnya karena ketika sudah kecanduan itu akan sangat merepotkan.

[retreat]

Sekarang ini sangat sering kita temukan anak-anak dengan rentang usia yang sangat muda terpapar penggunaan sosial media yang terlalu berlebihan. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pengawasan orang tua atau efek pembiaran yang dilakukan oleh orang tua dengan memberikan anaknya smartphone padahal pada usia tersebut mereka seharusnya bermain permainan yang lebih mengasah otak mereka. Namun sayangnya kebanyakan orang tua mengabaikan hal ini dan malah membiarkan secara sengaja anaknya bermain smartphone dari pagi sampai malam. Lama kelamaan kebiasaan seperti ini akan membuat otak anak tidak berkembang dengan baik dan mereka akan cenderung menyerap banyak informasi buruk dari sosial media.
Perang orang tua harus mampu memberikan pengawasan terhadap penggunaan smartphone pada anak-anak mereka. Orang tua bisa membatasi berapa lama anak menggunakan smartphone mereka dan aplikasi apa saja yang bisa mereka akses. Orang tua juga harus proaktif untuk mendorong anak mereka agar bersosialisasi dan mau mengambil kegiatan ekstra kulikuler/hobi yang mereka sukai - dengan hal tersebut itu membantu anak untuk mengurangi waktu mereka di depan smartphone dan juga membantu perkembangan otak dan badan mereka.

[abhiseshakana]

Terus terang perkembangan dunia gadget pada akhirnya membuat saya sebagai orang tua cukup khawatir dengan imbas yang mungkin bakal mempengaruhi anak. Pada awalnya saya tidak menyikapinya terlalu serius karena faktor kesibukan dan berasumsi jika hal tersebut tidak akan memberikan dampak negatif. Namun setelah melihat dengan nyata ada yang berubah dengan emosi anak, maka saya memutuskan untuk memberikan batasan kepada mereka dan sesering mungkin melakukan filter tentang apa saja yang boleh mereka lihat.

Awalnya cukup sulit bagi anak untuk menerimanya, namun lambat laun mereka mulai bisa menerimanya dengan ikhlas dan pada akhirnya hal tersebut menjadi sebuah rutinitas yang hanya bisa mereka dapatkan pada saat weekend saja.

[bangjoe]

Jujur ane pribadi juga sepertinya masuk kedalam kategori ini, dimana ketergantungan terhadap media sosial dan mempengaruhi diri saya kerap kali ane rasakan setelah menonton atau bermain media sosial, bahkan ane sendiri hingga menghapus aplikasi media sosial ane seperti instagram, Facebook, tiktok, youtube karena ane merasa bahwa  diri dalam keadaan tidak baik, kecanduan bermain media sosial tanpa ada tujuan tertentu tetapi itu berlebihan ane merasa dalam kesesatan dalam hidup, untungnya sedikit masih ada kesadaran dalam menyelesaikan permaasalahan ini.

tak terpikirkan bagaimana dengan anak yang sedari kecilnya sudah dimanjakan dengan bermain media sosial, tingkat ketergantungannya juga pasti sudah sangat gila dan bisa mempengaruhi karakter anak tersebut di masa depannya, orang tua harus benar-benar bisa memperhatikan anaknya untuk tumbuh kembang anaknya jauh lebih baik tanpa pengaruh media sosial.