Most are saying that if you hold big amount BTC you choose paper wallet. what is the reason behind that? and just want to know if i keep small amount BTC on paper wallet , what is the disadvantage?
Bitcoins are stored on the Bitcoin Blockchain. All wallets (Paper Wallet, Hardware wallet, etc.) are the key to accessing the Bitcoin or other crypto assets in that wallet address. Some of the disadvantages of paper wallets e.g. - Paper wallets are made of paper which is susceptible to fire and water. - Prints may fade after a long time. - It still has to be connected to another online wallet to use bitcoin. - And what is quite crucial, the private key is usually printed as well. If someone finds it, then another person can easily take the assets. |
|
|
|
Tema threadnya hampir serupa dengan thread yang sudah ada sebelumnya: BI Terbitkan Rupiah dalam bentuk Digital, namun bahasan thread ini lebih sempit pada pertanyaan tentang nasib uang kertas ketika ada rupiah digital*. Apakah tidak sebaiknya diskusi lebih lanjutnya di thread yang sudah ada sebelumnya dan masih aktif tersebut? Bahkan perihal whitepaper dari CBDC-Rupiah Digital yang belum lama ini diterbitkan BI pun sudah pula diinfokan link-nya oleh agan Luzin: https://bitcointalk.org/index.php?topic=5320111.msg61372059#msg61372059
* Jawaban dari pertanyaan di judul thread juga sebenarnya sudah tertera pada tulisan yang dimuat di link yang dicantumkan OP. Lantas bagaimana dengan uang kertas dan logam saat ini?
Direktur Eksekutif Bidang Sistem Pembayaran BI Filianingsi menjelaskan, uang fisik tetap ada meskipun bank sentral akan menerbitkan uang digital. "Respons dari bank sentral menyediakan kebutuhan masyarakat. Ada yang masih membutuhkan uang tunai dan ada yang membutuhkan uang digital," -snip-
|
|
|
|
Cukup merepotkan jika harus keluar dan menjualnya di exchange luar, belum lagi jika costumernya hanya tahu 1 exchange lokal tersebut, dapat dipastikan akan bingung harus bagaimana, karena setidaknya mereka perlu register ke exchange baru, mending kalau tanpa KYC ini musti nyiapin pasport segala macam, belum lagi kalau ditolak dan sebagainya.
Pastinya akan rada merepotkan, terlebih jika itu merupakan aset yang memang sedang bermasalah secara global yang kemungkinan exchange di luar pun ada yang sama juga menghentikan layanan jual beli aset tersebut atau bahkan sudah men-delist-nya, seperti contoh beberapa exchange ini.
Setidaknya mulai sekarang jika merasa megang token yang beresiko tinggi, harus benar-benar mengikuti semua hal, nanti jika ada bau-bau bangkrut langsung cepat ambil tindakan.
Menurutku, monitoring aset adalah sebuah keharusan. Bukan hanya pada coin/token yang beresiko tinggi, namun untuk seluruh aset kripto yang kita miliki. Selain itu juga harus ada pemahaman (kesadaran) terkait resiko dari perdagangan/kepemilikan cyptocurrency itu sendiri (dimana untuk kemungkinan paling buruk, ada resiko jika aset bisa hilang). Dengan kata lain mesti rajin mengikuti perkembangan dari aset kripto yang dimiliki, baik itu disimpan di wallet pribadi ataupun di exchange. Menurut opini saya, setidaknya resiko hilangnya tersebut ada dua. Pertama, hilang karena memang benar-benar user tidak bisa mengakses lagi asetnya; Kedua, hilang dari sisi nilai tukar asetnya yang turun drastis atau bahkan menjadi tidak bernilai. |
|
|
|
|
Penyedia hardware wallet dari kompetitor lain semisal ColdCard bahkan menyediakan banyak opsi untuk koneksi ke device lain (meskipun sebagian opsinya dinonaktifkan secara default), hanya saja untuk aset yang disimpan benar-benar memang untuk para Bitcoin HODLer saja.
Untuk harga ColdCard dan Keystone saya lihat hampir mirip-mirip; Cost produksi seperti penyematan camera, finger print (versi pro) bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan harga Keystone masih relatif mahal, namun setahu saya masih dibawah harga dari Trezor T; Padahal Trezor T lebih sederhana dari sisi hardware, nampaknya menang populer di nama brand dan di komunitas.
|
|
|
|
Oalah, HW lama berarti ya om. Ane kira itu produk baru karena namanya barusan ane dengar. Apa perubahan namanya ada kaitannya dengan perubahan owner, atau cuma produknya dikembangin biar lebih menarik pasar dengan nama baru? -snip-
Nampaknya ada perbedaan prinsip antara perusahaan induk dari Cobo dengan Lixin Liu yang sebelumnya menjadi kepala tim yang mengembangkan bagian hardware wallet Cobo Vault. Cobo yang awalnya (2017) mengembangkan 3 lini produk yang berbeda: ◌ Cobo Wallet — a centralized service for end-users ◌ Cobo Custody — a centralized service for enterprise users ◌ Cobo Vault — a cryptocurrency hardware wallet for decentralized users dalam perkembangannya jadi lebih fokus ke Cobo wallet yang saat ini menjadi Coinbase (di China), dan alasannya tidak lepas dari perspektif bisnis yang berimbas ke minimnya pengembangan di bagian hardware wallet Cobo Vault. Referensi: https://blog.keyst.one/leaving-cobo-to-continue-the-cobo-vault-legacy-29bb2f8f026e |
|
|
|
Btw ada yang punya Keystone atau tertarik mau beli Keystone? Kayaknya deal Black Friday mereka masih ada, walau tinggal sisa beberapa jam. Ini wallet support baterai jadi bisa portabel, tapi ane belum lihat review dari user yang lain mengenai keamanan dari wallet itu sendiri. Sekilas sih terlihat fine, mereka juga nyediain repo kalau mau dicek https://github.com/KeystoneHQ. Belum punya mas. Di marketplace lokal saya lihat ada yang jual (pre-order) dikisaran harga 3 jutaan untuk Keystone yang Pro, selisih sekitar 1,2 jutaan dengan harga di situs resminya saat diskon di momen black friday (belum ongkos kirim dan pajak). Setahu saya hardware wallet tersebut dulu namanya adalah Cobo Vault (untuk proses charge, baterainya mesti dilepas dulu). https://bitcointalk.org/index.php?topic=4981850.msg55865564#msg55865564 Sumber gambar: https://www.cheapvcc.net/product/cobo-vault-pro/ |
|
|
|
Semoga saja data" KYC user bisa dilindungi dengan baik. Melihat track record BUMN dan beberapa lembaga perbankan mengenai data leak ane agak was was kalau mau menggunakannya. Apalagi kalau tiap walet dari provider yang berbeda memerlukan KYC, mending bikin satu saja jadi ga perlu ngirim data ke berbagai pihak.
Semoga saja demikian, jadi satu data tersimpan terpusat di lembaga yang berkompeten melindungi keamanan data tersebut untuk diintegrasikan di semua wallet yang ada, karena kan Rupiah Digital ini merupakan project nasional (termasuk wallet digital-nya) tidak seperti wallet-wallet digital yang sudah ada semisal GoPay, OVO dll. yang mesti melakukan KYC lagi untuk masing-masingnya ketika mendaftar disana. Tapi saya agak kurang yakin dengan hal itu, dengan melihat kalimat pada bagian ini:  https://www.bi.go.id/id/rupiah/digital-rupiah/Documents/White_Paper_CBDC-2022.pdf, halaman 27. |
|
|
|
Pertanyaannya, apakah dengan terbitnya Digital Rupiah, akankah menggunakan wallet tertentu atau akan mengikuti wallet yang sudah banyak dipakai pengguna crypto?
Bagaimana dengan bentuk keamanannya?
Jika merujuk pada White Paper CBDC 2022 halaman 26-27, nampaknya menggunakan digital wallet tersendiri yang pengembangannya dilakukan oleh masing-masing pelaku terkait sesuai dengan perannya (Bank Indonesia, wholesaler, non-wholesaler). Secara konsep bisa saja mengikuti wallet yang banyak digunakan pelaku dalam cryptocurrency, namun menurut saya tidak akan seperti wallet non-custodial, apalagi kemungkinan akan ada keharusan memenuhi know your customer (KYC). Di halaman 30, ada yang cukup menarik perhatian saya mengenai pengembangan aplikasi yang memungkinkan mengakses CBDC melalui feature phone atau kartu.  https://www.bi.go.id/id/rupiah/digital-rupiah/Documents/White_Paper_CBDC-2022.pdf |
|
|
|
Pada postingan saya sebelumnya di sini, berdasarkan informasi dari antaranews.com: BI dalam proses memilih perbankan untuk distribusikan rupiah digital, dalam proses distribusi Rupiah digital tadinya BI berencana fokus pada sistem grosir/ wholesale (mungkin dimaksudkan untuk tahap awal). Namun tadi saya coba baca-baca sepintas Whitepaper yang dicantumkan agan Luzin diatas, Rupiah Digital akan diterbitkan dalam dua jenis, yaitu: Digital Rupiah wholesale (w-Digital Rupiah) dan Digital Rupiah ritel (r-Digital Rupiah). Digital Rupiah merupakan konfigurasi yang terintegrasi dari ujung ke ujung.
Digital Rupiah adalah uang dalam format digital yang diterbitkan Bank Indonesia dan menjadi kewajiban Bank Indonesia kepada pemegangnya. Digital Rupiah akan diterbitkan dalam 2 (dua) jenis, yaitu Digital Rupiah wholesale (w-Digital Rupiah) dengan cakupan akses yang terbatas dan hanya didistribusikan untuk melayani transaksi wholesale, dan Digital Rupiah ritel (r-Digital Rupiah) dengan cakupan akses yang terbuka untuk publik dan didistribusikan untuk transaksi ritel. Model bisnis Digital Rupiah dibangun secara terintegrasi dari ujung ke ujung berdasarkan aspek integrasi, interoperabilitas, dan interkoneksi (3i). Dalam hal ini, aspek 3i diaplikasikan baik di antara platform wholesale dan ritel, antara platform Digital Rupiah dengan infrastruktur pasar keuangan tradisional, maupun antara platform di dalam negeri dan di luar negeri dalam konteks interoperabilitas transaksi antarnegara. |
|
|
|
Memang akan lebih enak buat semua pihak jika proses suspend tersebut diberikan tenggang waktu, sehingga para pemilik FTX masih memiliki waktu untuk melakukan selling maupun melakukan withdraw ke exchange lain.
Dari yang saya baca, yang dihentikan/di suspend di exchange lokal itu proses jual beli aset kripto-nya, sementara itu untuk proses withdraw atau likuidasi aset kripto baik itu ke wallet pribadi atau ke exchange luar masih bisa, namun memang Bappebti tidak sampai menetapkan tenggat waktunya* jika merujuk pada siaran pers dari Bappebti berikut: https://bappebti.go.id/resources/docs/siaran_pers_2022_11_17_ji0ioo3t_id.pdf* Penyelesaian dengan nasabah diatur masing-masing exchange yang sebelumnya memfasilitasi perdagangan aset kripto tersebut. |
|
|
|
-snip- when I was getting ready to really start using it with Main net, I saw a pop up on my mac asking whether I wanted to grant permissions to Electrum for screen recording (allowing the application to record the content of my screen and audio even when NOT using the app, see screenshot below). Is this something that should be expected? If yes, what is the use case for that?? https://talkimg.com/images/2023/05/16/blob70a816f20ae4efe3.png One of its functions is to record via the web camera or read the QR Code from the screen to fill in the address automatically in the 'Pay to' column in the Send menu.  I enabled the permission because I needed the feature. Regarding audio, I don't think Electrum needs that access. macOS only groups with other applications that need access to the screen and audio, e.g. TeamViewer.  You can allow or not the Electrum to record content from the screen according to your needs. |
|
|
|
Seperti yang saya katakan di atas gan, menurut saya itu udah informatif gan cuman, kadang member lain menilainya beda gan.
-snip-
Pas waktu sebelum kena delet masal kemarin ada beberapa post saya kek orang bloon gara˛nya ngantuk maksa reply thread jadinya kata katanya atau tanda baca gak karuan gan.
Kalau tanda baca yang kurang pas mungkin masih dimaklumi, tapi kalau kata-katanya juga sudah tidak karuan bagaimana mau dikatakan informatif. Dan hampir 90 reply tersebut waktu dihapusnya berdekatan atau bagaimana? Sampai-sampai agan belum sempat introspeksi memperbaiki ketika misal masih 1 atau 2 reply yang dihapus. Dari pengalaman saya waktu itu yang terpenting jangan terlalu mengejar max postingan dari sigcam tersebut dan postingan tetap harus konstruktif informatif seperti yang agan bilang. Jadi akan lebih aman
User yang mengikuti campaign dengan aturan misalkan dalam sepekan harus sekian post, idealnya punya plan pembagian perharinya minimal berapa post (tapi ini bisa susah juga terutama bagi user yang tidak punya banyak ide atau waktu luang di forum setiap hari). Jadi tidak ditumpuk dalam satu/dua hari, karena ini biasanya menjadi pemicu seperti yang agan alami sehingga terkesan post nya "maksa". |
|
|
|
Saya merasa mereka otoriter, bagaimana kalau ada user mau menjual FTT miliknya (karena tidak mau makin rugi besar), kalau tiap exchange di seluruh Indonesia (yang beregulasi bappebti) men-suspen semua trading FTX karena peraturan tersebut?. Sehingga jika harga token tersebut terjun bebas makin dalam akan membuat user semakin rugi karena tidak sempat menjualnya di exchange Indonesia?.
Saya seperti melihat bagaimana crypto di Indonesia seperti perdagangan saham, dimana dikit-dikit disuspensi jika harga berfluktasi berlebihan, alias berupaya membuat crypto di Indonesia menjadi sentralisasi.
Nah, langkah tersebut satu sisi dianggap untuk melindungi "konsumen baru/lama" dari membeli aset yang bermasalah tersebut, di sisi lain user yang sudah kadung memiliki aset tersebut jadi tidak bisa segera menjual di exchange lokal dan opsinya ditarik ke wallet pribadi atau di trade di exchange luar yang masih menyediakan pasar untuk aset itu. Kecenderungan perdagangan aset kripto di exchange Indonesia mengarah ke sentralisasi, saya kira bisa juga dikatakan demikian karena dengan adanya "campur tangan" Bappebti dalam penentuan aset kripto tersebut saja sudah ketara. Terlepas dari adanya pro kontra dengan keputusan tersebut, yang jelas Bappebti punya landasan aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya terkait hal tersebut: 3. Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat daftar Aset Kripto yang telah ditetapkan dalam daftar Aset Kripto yang diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip umum dan kriteria, Bappebti dapat mencabut jenis Aset Kripto tertentu dari daftar Aset Kripto yang diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
|
|
|
|
Ide yang ada di pikiran om @dewo_sat untuk membuat lapak penjualan saya fikir sangat berguna dan akan sangat membantu jika benar-benar terealisasi. Tapi, apakah nantinya lapak ini akan efektif? saya fikir tidak dan saya harus sepakat dengan apa yang dikatakan oleh om @DroomieChikito.
Yang saya pahami, inti dari tujuannya adalah edukasi pemanfaatan Bitcoin (Lightning) untuk transaksi, terlepas nantinya yang mau ditransaksikannya berupa pulsa atau lainnya. Jadi bisa saja kalau ada yang punya ide mengenai transaksi barang lain (fisik/elektronik) selain yang disebutkan di OP yang sekiranya bisa ditransaksikan "via forum Bitcointalk" dengan menggunakan Bitcoin (Lightning). |
|
|
|
Ada selain ColdCard, yaitu Trezor. Tapi sebenarnya (default) trezor adalah multi coin wallet juga, tapi saat ini wallet tersebut khusus saya gunakan hanya untuk nyimpan bitcoin, jadi bisa hemat space dan tidak membingungkan ketika masuk aplikasi suite (yang ada hanya tertampil bitcoin). Untuk mengubah trezor dari multi coin ke wallet hanya bitcoin; yaitu dengan meng-update firmware jadi Bitcoin-only firmware. Sedangkan untuk nyimpan altcoin, saya ada khusus HW - ledger nano s, karena menurut saya HW tersebut lebih banyak altcoin-nya dari pada yang lain, dan karena bukan sebagai asset jangka panjang juga jadi hampir saya gunakan tiap hari untuk transaksi di p2p exchange (kadang swap di pancakeswap), jadi tidak seperti trezor (bitcoin) yang saya bikin benar-benar bikin beku. (apalagi btc lagi murah gini, pasti hampir tiap minggu nimbun btc transferan dari exchange ke trezor) Yup, pada akhir post saya sebelumnya tersebut disinggung pula Trezor (dengan menggunakan firmware Bitcoin only).
Kalaupun memang dikhususkan untuk menyimpan Bitcoin, sebaiknya menggunakan firmware tersebut, selain merupakan lightweight version, keuntungan lainnya mengurangi risiko bug atau masalah security-nya karena versi tersebut update regulernya lebih sedikit dibanding firmware versi universal. Penggunaan firmware Bitcoin-only lebih menghemat space dari sisi penggunaan firmware, namun untuk app di HW Trezor, setahu saya tidak sebagaimana HW Ledger yang app-nya mesti melalui proses install lagi dan mengurangi space di hardware wallet-nya. Kalaupun misalkan menggunakan firmware universal, untuk mengaktifkan Coin tertentu saja cukup dengan mengklik pilihan coin yang tersedia di Trezor Suite melalui menu Settings -> Crypto (sehingga muncul centang hijau di logo coin-nya).  Sementara itu untuk menambahkan Token tinggal masuk ke akun Coin "asal-nya" (yang mensupport token) kemudian pilih Add token.  |
|
|
|
b. Ada penambahan opsi untuk RBF (replace by fee)
Mungkin maksudnya opsi full replace-by-fee (RBF). Mengenai full RBF ini @o_e_l_e_o pernah membahas di thread-nya: Full RBF. btw, untuk Bitcoin Core versi 23.0 pun fitur RBF sebenarnya sudah ada: 
Bulan Oktober lalu pernah baca thread @aylabadia05 disini: Bitcoin Core 24.0 Update and Release Plan perihal proses update Bitcoin Core ke versi 24.0 berdasar informasi dari podcast-nya Bitcoin Magazine ( Bitcoin, Explained 65: Bitcoin Core 24.0), beberapa hal yang dibahas di podcast tersebut antara lain: The Bitcoin Core project produces a new major release of its software roughly every six months. The 24th major release is currently in its release candidate phase, which means that it is being tested and could technically be released any day now (though this phase will probably last a few more weeks). In the episode, Aaron and Sjors discuss seven of the most notable changes included in Bitcoin Core 24.0.
This includes a change to how nodes download blocks when they sync with the network. While previous Bitcoin Core versions already started by downloading only block headers to make sure that the blocks they download have sufficient proof of work on them, Bitcoin Core 24.0 nodes will initially not store these block headers in order to prevent a certain type of resource exhaustion attack. Aaron and Sjors explain that this should eventually also allow for the removal of any checkpoints in the Bitcoin Core codebase.
They go on to explain that Bitcoin Core 24.0 also includes an added option for users to apply full replace-by-fee (RBF) logic. Where Bitcoin Core nodes so far would apply the “first seen” rule, which meant that conflicting transactions wouldn’t be accepted in the node's memory pool (mempool) and forwarded to peers, Bitcoin Core 24.0 users can choose to make their nodes accept and forward conflicting transactions if they include a higher fee than (the) earlier transaction(s) they conflict with.
Further upgrades discussed by Aaron and Sjors include a tool to migrate legacy wallets to descriptor wallets, initial miniscript support, default use of RBF when creating transactions, an improved UTXO selection algorithm which randomizes change output amounts for extra privacy, and a new “send all” function to spend a particular (set of) UTXO(s) in full.
Barusan saya coba install Bitcoin Core 24.0 ini namun memang belum meng- explore lebih jauh fitur baru ataupun apa saja yang diperbaiki dari versi sebelumnya.  |
|
|
|
Kalau bukan satoshi (creator bitcoin) yang bikin forum ini tentu ane gak bakal lama ketika membaca sekilas dari internet pas nemu forum ini. Karena daya tarik forum ini ialah satoshi, dan kemungkinan jika pemula datang kesini yang dulunya nemu di buku yang bersangkutan dan lanjut membacanya, akan menemukan ketertarikannya sendiri atas forum ini selain nama satoshi, ya bisa jadi nemu ketertarikan lain kayak bounty dan signature.
Postingannya banyak hal tentang teknis*, karena memang masa-masa awal memperkenalkan Bitcoin termasuk diskusi pengembangan software semisal Bitcoin Core, meskipun ada juga postingannya yang sangat "welcome" pada siapapun member yang mengunjungi forum bitcointalk ini: Welcome to the new Bitcoin forum!. * Saya kira hanya user-user tertentu saja yang menyukai hal ini, dan tidak semua pemula coba bertahan disini hanya karena alasan mempelajari sejarah semata. |
|
|
|
Anyway, kemarin sempet ngobrol sama orang yang satu sigcam juga pernah di hapus masal juga dan dia beri saya solusi bahwa memposting dengan jeda 1 - 2 jam
Gak harus jeda sampe 2 jam an juga. Sepemahaman saya, paling tidak jarak antar post itu 5 menit. Ini jarak antar post yang cukup aman, tapi tetap tergantung ke kualitas postnya seperti apa juga. Sepengetahuan saya juga demikian. Pada tingkatan rank/activity tertentu memiliki jeda waktu posting berbeda, berdasar penghitungan berikut: waittime = 360;
if(activity >= 15)
waittime = (int)(90 - activity);
if(activity >= 60)
waittime=(int)(34.7586 - (0.0793103 * activity));
if(activity >= 100)
waittime = max((int)(14-(activity/50)), 4); artinya posting dengan jeda 1-2 jam seperti disebutkan agan len01 itu bukanlah solusi utama (namun masalah bursting post juga harus jadi perhatian), karena pada dasarnya yang membatasi jeda post user dengan level tertentu sudah disetting admin dengan rumusan diatas. Yang mesti jadi perhatian utama adalah postingannya itu sendiri. |
|
|
|
-snip- ternyata bukan karna oot tapi karna saya cenderung spam dalam jeda 1jam posting beberapa kali -snip-
Menurut saya tergantung konteks dari postingannya juga, semisal dalam satu thread agan sedang terlibat diskusi atau tanya jawab, masa iya juga mesti menunggu sampai sejam atau lebih untuk berinteraksi dalam diskusinya. Namun kalau memang misal dalam satu board, agan posting di beberapa thread dalam waktu berdekatan sekaligus meskipun isinya mungkin agan "merasa tidak keluar dari topik", wajar saja sebagian user mungkin menganggapnya spam kemudian me- report-nya. btw, setiap campaign tentu memiliki rule masing-masing, jadi minimalnya itu dijadikan semacam guide sedari awal sebelum mengajukan aplikasi kesana. |
|
|
|
|
Show Posts
