Tier list monitor itu ya dibacotannya GTID, kalau udah ngikuti lama harusnya sudah paham karena brand untuk monitor mainstream itu ga sebanyak PSU, jadinya gampang diingat.
Singkatnya itu (makin ke bawah makin bagus*):
- Lokal (Dahua, AIRO, Vurrion, dll.)
- Koorui
- Viewsonic, AOC
- MSI, Gigabyte
- Asus, LG, Samsung

*tidak melihat harga

Kalau untuk detil tiap produk tinggal lihat reviewnya saja. Jadi ceritanya beberapa waktu lalu ane nyari monitor 2K 144Hz/165Hz yang budget pastinya
Pilihan cuma ada di 3 brand, yaitu Koorui, AOC, dan Viewsonic. Mau angkut Koorui rasanya ane belum berani karena klaim garansi cuma di Jabodetabek (pada waktu itu), mana ada kasus banyak yang refund gegara kaki monitor ga sama dengan yang di gambar...

Speknya apa dulu ini?

First of all, if you want to complain, you must always provide proof, e.g., date, chat screenshot, bet slip, etc. Just like we don't trust casinos at face value, we don't trust users who complain at face value as well, especially from users whose post history is only about problems on casinos. That's not normal.

@BK8.Official kindly provide a detailed explanation about what this case is, so we can hear from both sides.

Kalau monitornya nambah berarti listriknya nambah lagi gan watt-nya, ya meskipun kecil tapi tetep berasa kalau listriknya 450VA
Tapi bisa diakali sih dengan mematikan 2nd monitor kalau ga dipakai.

Koorui murce sih, ane juga sering pakai GTID buat jadi referensi. Cuma kalau di daerah itu nanti klaim garansi bakal sulit keknya, kalau di Jabodetabek, pakai Koorui ya worth it banget.
Kalau ane biasanya cari 1 tier di atasnya macam Viewsonic & AOC. Belum lama kemaren ane angkut Viewsonic VX2780-2K gegara racun GTID

Kalau hanya undervolt saja (tidak diikuti overclock) malah memperpanjang usia gan, karena tidak jalan di full throttle.
Masalah yang terjadi setau ane kalau agan undervolt + overclock, itu kalau terjadi degradasi silikon (yang pasti terjadi karena usia), maka nanti bakal tidak stabil -> setting ulang afterburner.

Ga ada insentif untuk menggunakan bahasa daerah. Orang lebih suka belajar Bahasa Inggris -> terbuka lapangan pekerjaan di berbagai bidang, banyak konten menarik di Internet, dsb.
Ujung-ujungnya cuan dan kenikmatan.

Apa untungnya mencegah kepunahan bahasa daerah?
Kalau tidak ada cuan dan kenikmatan maka orang akan malas mengupayakan. Sehingga agar tidak punah harus ada insentif di situ.
Ane kasih satu contoh kenapa banyak orang luar Jawa yang bisa (at least tau dikit) Bahasa Jawa? Salah satunya karena dulu ada Ketoprak Humor. Shownya bagus -> mata dan telinga pada ke situ.

Minoritas itu di mana dulu, lain daerah itu lain demografi, dan bukan berarti mayoritas bisa lebih tinggi kedudukannya karena yang paling tinggi itu adalah HUKUM.
Sudah ane bilang kalau tidak ada yang hitam dan putih di situasi perang, semua punya klaim masing-masing.

---

Anyway, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
(1) Kebebasan berbicara masih rendah
Mau bela Palestina, atau bela Israel kek asal aksinya damai dan tidak mengganggu harusnya bisa dilaksanakan di Indonesia (ijinnya diterima dan diperbolehkan). Bukan lantaran karena mayoritas dukung Palestina, ormas ngatur polisi agar tidak mengijinkan aksi bela Israel, ataupun sebaliknya. #bebasdemoapasaja

(2) Sama saudara sedaerah kok gak solid
Beda pendapat itu biasa, bahkan satu rumah bisa ada yang punya ideologi berbeda, agama berbeda, dsb. Kita ini kebanyakan berantem gegara hal bodoh kek dukung klub bola yang berbeda. Tarkam aja rusuh...

(3) Fokuslah ama masalah yang lebih penting
Sebelum urusi negara lain, urusi dulu hidup masing-masing kek ga punya kesibukan aja. Beras masih mahal, inflasi masih tinggi, mending fokus di kerjaan (kecuali kerjaannya ya dateng demo dikasih nasbung + amplop).

Thanks for the clarification @arallmuus @johnsaributua

$10 is quite pricey compared to other Rollbit original games, especially if you just want to try the game

Indeed 0% HE if this is the case.

You mean it was rejected right? not just disappeared from your wallet...
Or is the minimum for RLB bet different?

Is there a demo mode for PvP Duel Arena? It's been so long since I've logged in to my account just to try the game, but I don't want to deposit yet
From this info: https://rollbit.com/duel-arena/provably-fair
It seems that the game is just a coin toss multiple times until the condition is met (i.e. health below 0). So no input for attack or defense? We just create the challenge or join it, and the result will be displayed?

Ini ngomongin Pak Bowo kan? score-nya masih kosong tuh di poll, buruan ngevote

Kalo bener paslon ini, maka ane simpatik dengan gayanya yang sejuk, mirip paslon Amin. Mana ngocol juga ketika dia udah mengakui "Gue udah kalah 2x"
Tidak sepaham dengan pendapat dia tentang kebebasan berbicara, tapi sepaham dengan isu Rohingya yang barusan dia pidato. Intinya masyarakat masih banyak yang stunting kok ngurusi orang lain.

Ane juga simpatik dengan paslon ini, karena lebih santai dan asik aja. Ada paslon yang belum-belum sudah negatif sikapnya, kek kasus roasting ituh.
Isu kebebasan berbicara yang diangkat sama Pak Anies juga sepaham dengan ideologi ane. Selama masih pakai Wakanda dan takut ngomong, maka skor kebebasan berbicara masih rendah di negeri ini IMO.

Sulit menentukan pilihan pemilu kali ini...

+1 for the replay and crazy x750 tumble with the crown symbol win
Just like a wise man says "Easy to get, easy to lose..." It's definitely one of the hardest things to do in gambling, to stop after you win.
After getting IDR 7 million, our brain keeps screaming to play again for IDR 30 million... And since the timing of the win is random, we will keep playing if we haven't tired from playing. Been there, done that mate.

I've just tried this game and am quite surprised GameArt actually improves a lot. A few years ago their game was crap, but now it seems on par with other big providers.

Dimana-mana yang namanya pengungsi itu bikin beban, makanya hanya pemerintah yang nampung...
Dana, fasilitas, dsb dsb dari pemerintah. Nah ini kan warga negara lain, jadi istilahnya kasarnya "bukan urusan gue, urusan gue udah banyak" #nobullshit
Terlepas dari attitude dsb dsb itu cuma bumbu saja. Benar yang namanya minta tolong kalau yang ditolong tau diri, akan lebih mudah memberikan lebih... tapi tetap kalau terus-terusan minta tolong ya malas ngurusinya. Yang namanya pengungsi itu kan sementara ya harusnya, tapi ini kan kasus yang mereka sebetulnya "tidak punya" kampung halaman, alias ingin cari kampung baru. Ini masalahnya lebih pelik lagi karena nanti terkait sosiologi, e.g., bahasa untuk komunikasi, budaya, dsb.

Sebelum komeng ke lingkup yang lebih luas, ane mau tanya apakah agan mau nampung 1 pengungsi saja gabung jadi anggota keluarga agan, tentunya tidak punya penghasilan, susah komunikasi, ga tau aturan di rumah agan. Kalau ane sih ogah, serah agan mau bilang apa

Komeng ane di atas menjelaskan kenapa mereka ditolak di mana-mana ya, bukan spesifik tentang Aceh. Ane yakin rekan-rekan di Aceh sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu, terbukti sudah menampung dari tahun-tahun sebelumnya. Cek ini berita tahun 2011: https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12482174

Lapor Pak RT agar bisa diforward ke perangkat yang memiliki wewenang terkait hal ini.

Well... "Are you not entertained?"
If not, then this game isn't for you... For me, it's a good time-wasting game. Sure it can be expensive sometimes, but it depends on your minimum bet. I remember depositing around ~$15 and playing for hours with $0.015/spin. Any seasoned slots veteran knows it's a waste of time and money, but it's fun!

Selamat udah berada di klub 3 digit
Berarti sudah cukup makan telur.

Kemaren waktu ane baca sekilas, datanya ambil dari database yang tersedia. Misalnya database PISA (https://www.oecd.org/pisa/), TIMSS (https://timssandpirls.bc.edu/)
Mereka ini yang gemar tracking siswa dari seluruh dunia CMIIW (yang lebih paham silahkan komeng)

Ane tidak setuju kalau kecerdasan dibagi menjadi berbagai hal, karena nanti bertabrakan dengan teori yang lain, kek misalnya Big Five Personality Traits, itu nanti ada yang punya kecenderungan  lebih mudah bergaul, dsb. IQ ya IQ saja mengukur processor di otak untuk "komputasi" alias mikir. Nanti juga ada teori tentang talent atau bakat yang berhubungan dengan genetik juga. Misalnya sekeras-kerasnya ane angkat beban dan berlatih tinju tidak bakal bisa menjadi kek Muh. Ali, karena leluhur ane semuanya lemah

Argumen yang lebih bagus ane lihat kek yang ramai di reddit (lupa linknya coba dicari). Ada yang ngasi contoh kalau ada peneliti-peneliti yang masuk ke suku pedalaman diperlakukan kek anak kecil karena mereka sama sekali tidak bisa bertahan hidup di hutan, dan bahkan ga bisa nentuin arah. Artinya yang IQ tinggi sekalipun jadi gak guna kalau ga berada di "zona"-nya, prosesornya gak guna kalau ga ada kerjaan yang butuh mikir.

Ya namanya rata-rata pasti ada outlier apakah itu di sebelah kiri (sangat kurang) atau kanan (sangat superior).
Sangat disayangkan memang meme yang beredar, banyak jadi becandaan pula di podcast2... Padahal rerata IQ rendah itu karena banyak yang stunting, alias kurang gizi.
Pendidikan dan pengajaran tidak berpengaruh ke IQ usia dini, tapi gimana pas bayi dapat ASI (yang kualitasnya baik, bukan dari ibu yang juga makan seadanya), kemudian dapat asupan protein cukup, dst.

Dalam buku "the intelligence of nations" menyebutkan bahwa skor rata-rata Indonesia adalah 78.49, dan angka ini kemudian sering dipakai di berbagai website (jadi rujukan). Lalu sekarang angka ini sering sekali kita jumpai jadi MEME di internet.

Untuk yang belum tahu seperti apa itu 78.49:

Gambar dari wikipedia

"Borderline" berarti sangat dekat, sudah hampir batas kecerdasan manusia normal. Jadi tabel klasifikasi itu sudah mengalami revisi beberapa kali untuk memperhalus bahasa yang digunakan. "Extremely low," kalau di Levine and Marks 1928 dibagi lagi ke, "Moron" (50-74) -> "Imbecille" (25-49) -> "Idiot" (0-24). Intinya ya rerata "borderline" sudah deket ke "moron." Sedangkan bodoh biasa itu IQ 85-94 disebut dengan "dull."

Terlepas konspirasi Wahyudi, Mamarika, dan Rheumason, misalnya kita anggap penelitian ini valid. Maka ada beberapa hal yang bisa kita komentari:

#1 Angka tersebut adalah Rata-Rata
Ya, berarti ini adalah angka dari Sabang - Merauke, masih banyak tempat yang pertumbuhan otaknya tidak optimal (stunting dsb). Bukan berarti aku dirimu dan dirinya punya IQ sebesar itu.

#2 Lakukan Tes IQ Mandiri
Untuk mengetahui apakah agan termasuk borderline atau tidak.

#3 Hati-hati percaya informasi
Lihat berita yang banyak like jangan langsung percaya, karena bisa jadi rerata orang yang ngelike itu ya borderline... "Don't trust, verify" ini sangat penting agar agan selalu melakukan riset mandiri. Informasi dari siapapun, baik dari wartawan, guru, dosen, dokter, dsb., harus diverifikasi karena siapa tau mereka juga borderline. Liat podcast ya harus diverifikasi karena siapa tau kita cuma dengerin dua orang borderline yang sedang ngobrol...

#4 IQ rendah bukan berarti tidak bisa sukses
Googling saja orang-orang terkenal yang punya IQ rendah, banyak contohnya, salah satunya Petinju terkenal Muhammad Ali.

#5 Banyak makan telur
Sumber "real protein" termurah -> https://ugm.ac.id/en/news/4982-eggs-increase-iq-level-and-overcome-iodine-deficiency-among-school-children/

Yes, it's a "gambler fallacy."

Well, that's a dangerous view mate since you know the "don't trust, verify" thing is the reason why provably fair games exist. And thus, if no one bothers to verify the game, it becomes no different than 3rd party games.

The results are still random whether or not you continuously change your client seed. The purpose of this (changing client seed) is for verification.
If you keep doing the same seed for, let's say, 1,000 spins, it signals that you didn't actually verify your results... meaning provably fair isn't working as intended. The game might be tampered and you wouldn't know it.

Well, if one step out of 100,000+ steps counts then yes.
IIRC, I've read somewhere about a slot machine that after someone wins the jackpot, it takes more than five years to produce the same result again. Imagine how many people play that machine, different people come and go, and there will be only one winner. How much money was burned? how many hours of people wasted? Sometimes the winner is a "happy-go-lucky" guy who only plays for the lol with a $20 budget

The lesson of the above story is that it depends on your LUCK... you can waste your whole life gambling but if luck isn't on your side, you'll never touch the jackpot.

Gambler loses control because of various things that may not be in the game itself, like mental health, or circumstances when they play.
Chasing losses or earning money from gambling never triggers me to lose my self-control since I pretty much only see gambling as a game. As Gattuso said, "Sometimes maybe good, sometimes maybe shit." So the moment they play gambling not for fun, but want to get rich, they will likely have that problem.

For me, I sometimes deposit more if I get rekt too quickly... For example, when I deposit $100 usually lasts forever, but sometimes it will only last one hour, if I'm not yet satisfied, then I probably will deposit more.

Kalau agan pakai MSI Afterburner, controller/grafiknya beda antara (1) voltage vs clock dengan (2) suhu vs fan speed, jadi voltase yang dicut adalah yang ke core (chip GPU), yang board voltage ga kena AFAIK.

Ini ane kasih contoh punya ane RTX 3060 Ti:
Game EA FC 24, 1440p, medium setting

Stock:
- 200W board, 165W GPU
- 1950 MHz
- 175 - 200 fps

Undervolt (saja):
- 150W board, 115W GPU
- 1770 MHz, 925mV
- 170 - 185 fps

Ini karena monitor ane cuma sampai 165 Hz ya ga brasa. Main juga ga brasa padahal irit 50W. Ini tinggal dimainkan saja sampai ketemu watt & performa yang agan kehedaki.

Kalau buat ane paling enak itu daftar pakai email saja, nomor hapenya ngasal juga bisa regis (tapi tidak dianjurkan), justru kalau pakai telegram harus input nomor yang real...
Ane yakin mayoritas user di sini juga login pakai email, makanya ga ada yg bisa jawab pertanyaan agan

Setelah ane coba:
Agan cari lalu tekem icon keyboard, atau kotak kotak seperti pada gambar (1) untuk memunculkan tombol konfirmasi pada gambar (2).


Setelah itu tekem konfirmasi seperti pada gambar (2).

IMO suksesnya pemilu tidak sama dengan suksesnya demokrasi di Indo.
Sukses pemilu tinggal dilihat saja nanti tahapan sudah dilaksanakan dengan baik atau belum. Kalau sudah lancar dan tidak ada rusuh di sana-sini bisa dikatakan pemilu sukses.
Tapi itu bukan tolok ukur suksesnya demokrasi karena bisa jadi orang datang nyoblos itu terpaksa karena takut sanksi sosial dsb, tidak dengan antusiasme, atau malah malas nyoblos (golput).