Member aktif itu memang bagus dan diharapkan bisa aktif terus, namun hati-hati jangan nanti dicap sebagai spammer. Coba perhatikan "signal to noise" misalnya agan liat jumlah post ane: 5637, kemudian liat jumlah merit ane: 1896. Jadi 1896/5637 = ~0.33. Ya kira-kira setiap kali ane buat 3-4 post dapat 1 merit... Semakin rendah nilai ini, berarti semakin rentan agan dicap spammer dan nanti ga laku sigcamp. Usahakan naikin nilai ini...

Punya agan: 178/1024 = ~0.17

Lebih baik dengarkan agan senior berikut ini:

Kopdar paling di circle tertentu saja gan, rata-rata member lama sudah tahu si A, B, C itu lokasinya di mana, dsb.
Ane kalo ada kopdar terbuka untuk umum juga males join, soalnya nanti ketemu pendukung fanatis X, Y, Z, jadi ga bisa bacot bebas kalo tau IRL
Mana nanti takut Pol PP grebekan karena banyak penggemar juday.

Pseudonimitas itu adalah salah satu nilai Bitcoin, jadi ga lucu kalau pendukung Bitcoin malah "telanjang." Ane masih bisa ngritisi berbagai hal juga karena anonim, kalo kebuka habis udah ga bisa bacot.

Bukan konsep utama dan yang mendekati gan, kedua istilah tersebut dipopulerkan oleh organisasi yang berbeda, yang menurut pandangan mereka masing-masing.
(1) Web3 itu berarti terkait kripto dan aplikasi kripto terdesentralisasi karena pawangnya ETH foundation
(2) Web 3.0 itu berarti terkait semantic web (https://en.wikipedia.org/wiki/Semantic_Web), pawangnya W3C

Istilah ini ngga terlalu penting sih, cuma di berita sama kalo pejabat ngomong aja sering muncul biar keliatan kalok mereka keren dan update. Dalam proses evolusi (perubahan perlahan-lahan) itu kita cuma bisa melihat kebelakang dan mengatakan oh di titik ini nih bisa disegmen karena perubahannya radikal. Saat ini web masih dalam proses evolusi tersebut dan masih belom keliatan di mana bisa disegmen jadi Web 3.0 IMO. Tapi ada juga yang mengatakan sekarang sudah dekat dengan perubahan radikal tsb karena ChatGPT.

Permasalahannya tidak ada altcoin yang "bersih" seperti Bitcoin yang tanpa premine dan ICO, yang membuat kepemilikan dan government koin terdesentralisasi. Ethereum misalnya, hadir karena ICO dan dikuasai oleh Vitalik dan organisasinya. BNB juga sama karena ICO dan dikuasai oleh CZ dan organisasinya. Ini membuat koin-koin tersebut bukanlah pesaing Bitcoin karena menawarkan sesuatu yang berbeda. Adapun BNB sudah ditetapkan sebagai securities dan harusnya ETH pun sama.

Kalau dari penerawangan ane, adapun nanti kalau Bitcoin bisa tergeser, ane tidak melihat altcoin yang sekarang ada merupakan penggantinya, melainkan teknologi baru yang berbeda. Kecuali kalau nanti market crash karena satu dan lain hal yang bikin nilai market kripto hancur, ya bisa saja koin-koin random jadi #1 karena semuanya praktis sudah tidak bernilai.

Sebelum bahas Web3 atau Web 3.0, kita sebaiknya bertanya siapa sih yang ngasi itu penomoran? Dan berdasarkan apa?

Kamus (dictionary) sudah memiliki definisi tentang Web 2.0:
https://www.dictionary.com/browse/web-2-0

So telah disepakati kalau Web 2.0 memungkinkan kolaborasi (google sheet, dsb), membagikan konten dan berjejaring sosial (media sosial). Istilah Web 2.0 ini tentunya sah ketika Facebook, Google, Twitter, IG, dsb., telah menjadi mainstream dan banyak digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Udah gak bingung kalau ada yang tanya "Web 2.0 apasih?" bilang aja media sosial.

Permasalahannya sekarang sebagian orang tidak sabar ingin mendefinisikan web generasi baru sebelum produknya ada dan mainstream. Mangkanya ada Web3 dan Web 3.0 yang berbeda definisi, satu dipopulerkan ETH foundation (Web3) dan satunya produk W3C (Web 3.0).

Web3 pakai technologi blockchain dan aplikasi smart contract, misalnya kek pakai metamask buat main game, atau yg lainnya. Namun apakah itu sudah mainstream? Tentu saja belum. Mungkin 1 RW di tempat ane yang pakai metamask cuma ane. Mangkanya nyebutnya tipis-tipis Web3 (berharap jadi Web 3.0 nantinya).

Saat ini kita masih menggali teknologi baru yang bisa mainstream, yang akan disebut Web 3.0 nantinya. Apakah itu berbasis crypto/blockchain? Apakah akan sesuai dengan arahan W3C? Entahlah. Ibarat kata kita masih pakai Windows 10 tapi ribut dengan Windows 15 yang belom tau kek apa jadinya.

Selamat datang gan, semoga ide dan penjelasan dari ane bisa bermanfaat.

Memanage orang lebih sulit, itu betul gan, dari pengalaman ane juga begitu. Berikut ini adalah ide permasalahan yang ane tangkap:

#1. 3 orang dengan posisi setara.
Kalau dalam bisnis, kesetaraan tersebut hanya bisa tercermin dari kepemilikan bisnis (kepemilikan saham), tetapi tidak bisa dilakukan dalam tugas dan wewenang (struktural organisasi). Jadi ada dua sisi dalam satu mata uang logam. Setiap perusahaan umumnya hanya memiliki 1 orang CEO/Direktur (Utama), dan ketika merupakan usaha bersama 2 orang yang lain nanti akan membawahi posisi kunci yang lain. Misalnya direktur keuangan (CFO), direktur operasional (COO), dsb. Perusahaan tidaklah seperti organisasi lain yang bisa dilakukan voting untuk mengambil keputusan dalam operasi day-to-day. Jadi diperlukan struktur kewenangan yang jelas. Jangan salah, semuanya adalah karyawan, CEO, CFO, COO, semuanya adalah karyawan, dan semuanya adalah bos karena semuanya selain menjadi karyawan juga menjadi pemilik perusahaan. Bukan berarti CEO adalah bosnya, hanya berbeda dalam struktur dan merupakan "icon". Di sini 2 orang yang lain harus mengalah untuk kebaikan perusahaan.

Idealnya orang-orang yang bergabung memiliki skill yang berbeda, sehingga bisa ditempatkan di posisi masing-masing yang sesuai. Akan menjadi masalah misalnya ketika ke-3 orang tersebut tidak bergabung karena skill, namun karena hubungan pertemanan/persahabatan yang lama apalagi kalau latar belakang pendidikan juga sama (misalnya satu jurusan kampus). Jadi nanti 1 orang yang paling kompeten negosiasi, pandai melakukan deal-deal, decision maker menjadi CEO, 1 orang yang bisa dipercaya dan bagus dalam pembukuan menjadi CFO, dan 1 orang yang detil dalam pelaksanaan proyek menjadi COO. Ya detilnya bisa agan ulik-ulik sendiri, yang pada intinya terjadi pembagian tugas dan wewenang. Bukan berarti CEO adalah yang paling mendapatkan benefit karena presentase kepemilikan perusahaan adalah sama, sehingga bagi hasilnya sama.

Jadi CEO bukan berarti bisa mengambil keputusan apapun. Misalnya yang menentukan budget adalah CFO, sehingga semuanya urusan duit ngikut orang finance. Kemudian kalau sudah pelaksanaan proyek CEO tidak bisa ngatur detilnya karena sudah jadi tanggung jawab COO. Nah meskipun sudah ada tugas dan kewenangan yang jelas, namun pada praktiknya ketika organisasi masih kecil, pekerjaan umumnya akan diselesaikan bertiga secara gotong royong. Jadi tidak bisa "ane udah ngurusin duit jadi pekerjaan lain diurus orang lain." Semuanya harus kerja bareng hanya saja sudah ada person in charge-nya yang lain bantu sesuai arahan PIC nya saja.

#2. Administrasi keuangan belum baik
Idealnya jelas adanya pemisahan keuangan pribadi dan perusahaan. Kas perusahaan hanya digunakan untuk operasi perusahaan dan hanya bisa dikeluarkan oleh CFO. Bukan berarti eksekutif lain tidak bisa memantau keuangan perusahaan karena ada fitur multi akun banking, jadi yang bisa approve transfer hanya 1 akun, akun yang lain hanya bisa bikin request transfer (cek saldo dll). Coba tanya di bank terdekat untuk pembuatan akun pakai sistem maker dan approver. Kalau duitnya masih kebanyakan dalam kas (cash) CFO berperan sebagai bendahara, namun lebih baik pakai banking saja. Bikin rekening khusus, jangan pakai atas nama pribadi. Tugas orang finance nantinya juga mencatat semua uang masuk dan keluar untuk nanti dilakukan evaluasi di akhir tahun pembukuan.

Silahkan kalau ada tanggapan mengenai gagasan ane

True, I rarely (almost never) see a high-rank and well-known user still do signature bounty that's paid not in stablecoins nowadays. It's common knowledge that signature bounties, especially those that are paid in low-volume tokens are the 2nd tier promotion here.

---

However, I understand that bounty is a good method to distribute your token, but if the dollar value of the token is not worth it, you'll only attract low-rank or spam accounts. It goes the same for the article and social media, you'll only attract article spinners and fake follower posts.

One of the solutions for this is to hire a reputable Bounty/Campaign Manager to screen the trash work. I previously work with Hhampuz, Roycilik, and Yahoo, and they are legit.

It seems that the majority of BTC users are male, so what? What's the purpose of bringing the discussion?
You see, people converge into areas that they like or have an interest in it, and it's the freedom of choice that leads to the different proportions of males and females in the field. As so there are more female nurses in the healthcare industry, so what?

Just ignore the left b.s. cause it's good to have freedom of choice.
Male/female proportion is never an issue, especially in Bitcoin when anyone can download a wallet and buy it from exchanges (or mine it, whatever).

Whichever will pay (more).
In recent years, people will prefer signature campaign since it usually pays on time and therefore less risk for the participant. I still remember gathering all the stakes and getting pennies at the end of the bounty campaign. A lot of my article bounty also got plagiarized and received less stake. Hence, it's not worth it from the participant's point of view.

If you are serious about your project and have the required capital, BTC paying signature campaign is the way to go.

This is incomplete information IMO since there's no information about the industry average. To objectively measure firm performance, you need to look at what Meta (FB), TikTok, Instagram, etc. doing. If the competitors have a better number, then we can say that Twitter is currently underperforming.

Still, I just can't understand why Elon bought Twitter in the first place. The company was in decline even before the acquisition.

It helps to have an MBA degree since you'll learn about managing your business. But it's not a must/mandatory, and I don't think it correlates to a successful business. The issue is that MBA is more useful if you have a mature firm, not a new startup or small business. For new companies, you have to earn a reputation by having good products, good customer service, etc., which require more technical knowledge/experience, meanwhile, management is a supporting activity, not the primary activity. Remember, there's no good governance when you are just started, for example, Apple started from a garage.

Therefore I'd say just start your company without any degree, as long as you have the technical skill. The governance thing can be added later on.

If you build your games exclusively on the ETH chain, you'll leave a lot of potential players on the table since not all of them use ETH. I personally play several on-chain games from ETH, EOS, TRX, etc., and they have similar problems expanding their user base IMO.

If possible, try thinking about a chain-agnostic solution where users can play using their favorite coins. Moreover, ETH is not the fastest and cheapest chain even after PoS. You'll congest the network and the fees will be high.

Maksudnya orang-orang yang masih/baru lulus sekolah?
Dalam dunia nyata, kenapa masih banyak money politik, karena orang-orang ga ambil pusing masalah ginian. Dikasih duit 200K disuruh nyoblos XYZ ya gasss!

Ya om, saya salah. Si paling peduli bangsa negara

Ajarin om...

Terlalu jauh om... dulu perjuangan di 98 itu gila buat nurunin Soeharto. 25-26 thn itu belum bisa menghapus ingatan pada masa itu. Makanya kalau sampai ditunda dsb itu bakal memicu aksi besar juga. Kalau isu ini sudah lewat 2 generasi (~130 thn) ya barulah mungkin.

Kalau hubungan perdagangan menguntungkan dan jadi dekat, otomatis jadi sekutu karena kalau ada yang diserang akan merugikan negara yang menjalin hubungan tsb.
Sederhananya begini: agan punya hubungan bisnis dengan si Joni, sudah berlangsung begitu lama, sudah percaya kek sodara, dua-duanya jadi makmur gara-gara bisnis bersama tsb. Suatu ketika si Joni kena masalah ditantang berkelahi lapak sebelah rebutan lahan parkir. Agan murka tidak? Mau bebas aktif atau mau bantuin gegara ada kepentingan?

Bebas aktif juga cuma jadi jargon dewasa ini, karena (sayangnya) Indo lebih deket ke China, yang merupakan blunder besar IMO. Itu proyek kereta cepat, batu bara, dsb.

---

Banyak yang mikirnya masih kejauhan, tentang naik gaji, dsb., sedangkan ini baru di ranah penilaian.
Gimana mau jadi pinter kalau nilai rapornya dikatrol? Mending kasih nilai apa adanya biar usaha lebih giat (naikin gaji, berantas korupsi, dsb).

Setau ane ga diitung, enak dong tinggal quote post panjang lalu agan cuma komeng 1 kalimat doang.
Selama kampanye ane belum pernah ga payout karena ya selalu ngetik lebih banyak dari minimum karakter.

Jangan lupa juga selalu melebihkan post, misalnya target 25 ya jadikan 28, karena ada kasus di mana thread dihapus dan post agan ikut kehapus. Kalau misalnya pas 25 terlalu riskan.

Isunya kok jadi Joko III, padahal udah tamat di Joko II dan itu mutlak.
Kalo ane tidak ambil pusing mau terbuka atau tertutup, karena dari pengalaman yang sudah-sudah juga ane milihnya banyak yang ga kenal, terutama kalo udah turun ke DPRD, kalau DPR masih kenal dikit-dikit. Tentunya kalau semua penduduk "pintar" dan mau nyari tau info caleg-caleg, sistem terbuka adalah yang paling tepat. Tapi buat ane yang malas, itu malah jadi tambahan pekerjaan. Mending nyoblos gambar partai, habis itu udah pulang. Mudah dan simpel, kertas suara juga mengecil.

Ga semua orang ambil pusing dengan pemilu dan pengen yang mudah dan cepat saja. Mending belajar cara jadi sukses, daripada mengabiskan waktu mempelajari caleg

Ini tergantung agan percaya lembaga survey yang mana. Hasil survey tidak sepenuhnya benar karena terutama tergantung metode sampling yang digunakan. Kalau banyak ngambil partisipan dari kubu Anies ya jadilah Anies yang no #1, dan seterusnya (termasuk Ganjar dan Prabowo biar ane gak kena damprat fans garis keras )

Kalau di SFI untuk sementara Prabowo masih menjadi #1 berdasarkan poll ane.

Jadi faktor kasian adalah no. 1? wkwkw
Tapi aneh loh katanya millenial malah banyak dukung Prabowo, katanya karena tidak mengalami tragedi 98.

Yang ane tangkap ada beberapa kendala yang sebaiknya diperbaiki kalau ingin memperluas lingkup usaha agan, dan ini klasik terkait administrasi. Hal yang sangat penting selain operasi day-to-day misalnya memberi makan, membersihkan kandang, dsb, adalah melakukan dokumentasi.

#1 Keuangan
Tidak perlu melakukan pembukuan kalau belum memiliki staf khusus. Untuk permulaan cukup dengan "pencatatan." Kumpulkan struk/kuitansi pembayaran tiap bulan dan selalu dicatat pengeluaran tersebut di buku. Bisa buku apa saja, tapi biasanya orang-orang pakai yang kek gini:

Catat uang keluar dan uang masuk.

Ini nanti berguna kalau mau pitching buat investor karena mereka akan sangat menghargai tata kelola yang rapi meskipun hanya sederhana.

#2 Terms (hak kewajiban) tertulis
Ini adalah juga wujud administrasi yang baik ketika membuat surat perjanjian tertulis sehingga kedua belah pihak tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Misalnya tentang visit ke lapangan harus dengan seizin agan, dan hanya bisa sebulan sekali agar tidak mengganggu pekerjaan. Itu agan sendiri yang menentukan di surat perjanjian tsb. Kalau hanya lisan akan sulit melakukan mediasi ketika terjadi sengketa (perselisihan). Nah sebaiknya kalau sudah menyangkut duit itu pakai Surat Perjanjian Kerjasama yang formatnya sudah banyak di google. Tergantung jumlah investasinya nanti akan worth it atau tidak pakai notaris, karena kalau jumlah investasi sedikit tentunya berat di ongkos.

Jadi kalau mau pakai investor memang lebih baik perjanjian kerjasamanya sudah detil pasal-pasalnya agar tidak menjadi sengketa di kemudian hari. Kalau cari investor sebetulnya tidak berbicara tepat dan tidak tepat, karena mereka hanya ingin return saja. Kalau terjadi hubungan yang baik ya itu anggaplah bonus. Kalau hubungannya dingin, asalkan kontrak terpenuhi maka kewajiban agan sudah selesai dan amanah. Kan ada quote dari siapa lupa "don't befriend your investor." yang intinya mereka itu pada hakikatnya bukan teman tapi menginginkan keuntungan dari bisnis agan.

WTF bro, I thought you were at least a Platinum VIP since you've been here so long
I guess I can sleep pretty well tonight since my VIP rank is higher than you (not so the bottom of the barrels) LuL

---

By the way, here's my best result from Enhanced RTP games:
1276x > https://replay.pragmaticplay.net/c7brkcr5Jc
450x > https://replay.pragmaticplay.net/jiHhT2MkTP

No luck, help...

Yang dipelajari di bangku sekolah itu kan Monetarist & Keynesian... ya itu dulu sih (mungkin agan belom lahir), ga tau sekarang.

Bisa diakses kalo di PC ane, tapi sama aja intinya.

Ya "mencetak" karena tidak dalam wujud fisik, tapi ya tiba-tiba punya uang buat beli SBN.
Jadi kan Pemerintah butuh duit banyak nih yang katanya buat menangani COVID, dapat duitnya dari mana? Ya pemerintah jual obligasi (surat utang, kek pinjol, dikasih duit di awal, mbalikin nyicil). Tapi jual obligasi belum tentu ada yang mau beli (belum tentu ada yang mau ngutangin). Dalam kasus ini, BI mau beli dengan jumlah yang besar, sedangkan duit yang ada di BI yg real = cadangan devisa yang jumlahnya hanya 145 milyar dollar ~ 2175 trilyun IDR, dan hanya berkurang sedikit. Lalu duitnya dari mana?

Efeknya dengerin bapak ini: https://www.youtube.com/watch?v=1ZA6lbbW6C0